Chapter 1 - Sebuah Awal

138 12 17
                                    

"Saya pergi bertemu klien dulu, ya." Pelanggan kafe tadi pagi menyampirkan tas selempang di bahu kanannya sembari membawa tas laptop di tangan yang lain.

"Hati-hati di jalan, jangan lupa makan siang, Bu." Itu karena sebentar lagi jam makan siang.

"Baik, Bu Arsen," sahut yang lain. Arsen bukanlah namanya, namun singkatan dari posisinya yaitu Arsitek Senior.

Kluk kluk. Kluk kluk.

Notifikasi pesan ponselnya berbunyi. Arsitek senior itu menghentikan langkahnya untuk melihat pesan yang baru masuk. Raut wajahnya seketika berubah, tersirat bahwa ia tidak senang dengan isi pesan yang baru masuk itu. 

"Adakah yang tahu toko bunga yang bisa dipesan via telepon?" tanyanya setelah berhasil mengatur ekspresi wajahnya.

"Maaf, saya kurang tahu."

"Bukankah ada toko bunga dekat kantor? Saya tidak tahu nomor teleponnya, tapi Ibu bisa langsung ke sana, hanya perlu 5 menit berjalan kaki, tepatnya di seberang kafe," jawab asistennya yang paling bisa ia percaya soal kompetensi dan kecekatannya. Biasanya dipanggil Isa.

"Oh, begitu ya? Apa nama toko bunganya?"

"Little Cosmos. Itu toko bunga langganan kantor kita juga."

"Ok, thank you!" Setelahnya arsitek itu berjalan keluar ruangan timnya. Anggota timnya berjumlah empat orang. Cenderung sedikit dibandingkan tim lain yang memang mengerjakan proyek-proyek dengan skala yang lebih besar. Timnya berfokus pada proyek-proyek desain rumah mewah, sementara ada tim lain yang berfokus di proyek desain gedung perkantoran, fasilitas publik, maupun area mall.

Ting! Pintu lift terbuka.

"Oh! Siang, Pak Ardian!" sapanya begitu melihat seseorang di dalam lift. Ardian adalah salah satu arsitek senior sekaligus project architect di tim fasilitas publik.

"Siang Urna. Selamat atas kenaikan jabatanmu, aku sudah tahu sejak awal kalau kau akan sukses. Kau baru bergabung di sini selama lima tahun dan sudah menjadi project architect," puji Ardian tulus.

Urna dahulu termasuk ke dalam tim Ardian di tahun pertamanya. Di Mirae Architect, setiap arsitek junior akan belajar di tim yang berbeda-beda dan berotasi setiap satu tahun. Jika dianggap kompeten maka akan naik menjadi arsitek senior dan menetap di salah satu tim sesuai minat dan keahliannya. 

Urna merupakan salah satu kasus khusus di mana saat ia baru enam bulan menjadi arsitek senior, ia dipercaya untuk membangun timnya sendiri dan menjadi project architect. Saat ini, Urna baru dua bulan memimpin tim desain rumah mewah. Sejujurnya, Urna lebih suka saat ia belum memimpin tim. 

Ia lebih suka bekerja sendiri, tanpa banyak bekerja dengan orang lain.

Selain itu, pekerjaan sebagai project architect lebih banyak bertanggung jawab untuk mengawasi aspek arsitektur dari pengembangan desain, produksi dokumen konstruksi, dan spesifikasi. 

Sementara Urna lebih menyukai mengerjakan langsung pekerjaan mendesain, menghitung, menganalisis bangunan. Dengan begitu ia bisa memastikan karyanya sempurna. Mengawasi pekerjaan orang lain begitu sulit, dan seringkali menguras energinya.

Urna juga memiliki standar tinggi mengenai karyanya, dan sedikit sekali orang di sekelilingnya yang mampu memenuhi standarnya. Dan seniornya ini, memiliki standar kesempurnaan yang dijadikan panutan juga olehnya. 

Ah, ia masih harus banyak belajar dari Ardian. Terutama dalam hal kerja sama tim dan komunikasi interpersonal.

"Terima kasih banyak, saya belajar banyak dari Anda."

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang