Chapter 24 - Bertengkar

26 3 0
                                    

Haiii semuaa! Ini dia chapter 24!! 🥰

Coba tebak.. Kira-kira Asta bisa jadi pendengar yang baik/nggak buat Urna? Comment jawaban kamu yaa!! 👉

Jangan lupa, VOTE dulu yuk 😀

Makasih banyak mau nungguin Asta Urna UP! 💜

Sebelum baca, yuk VOTE DULU (pencet tanda bintang) biar aku makin SEMANGAT 😗

Happy reading 💕

...

"Mau membagi masalahmu denganku? Aku pendengar yang baik," tawar Asta.

"Kredibilitas seseorang yang mengaku dirinya pendengar yang baik itu sangat patut dipertanyakan," sahut Urna.

"Oh? Bukankah untuk mengetahuinya Urna harus merasakannya sendiri?" tantang Asta.

"Apa yang akan Asta lakukan kalau menurutku Asta bukan pendengar yang baik?" Urna menantang balik.

"Mudah, itu artinya aku masih harus belajar untuk menjadi pendengar yang baik buat Urna," jawabnya ringan seraya tersenyum percaya diri.

"Kalau menurutku Asta bukan pendengar yang baik, tentu aku tidak akan pernah bercerita lagi."

"Wah, kalau begitu hanya ada satu kali kesempatan. Baiklah, ayo kita cari tempat yang nyaman untuk mengobrol. Urna mau kopi?"

...

"Apa kabar pekerjaan Urna?" Mereka berdua sedang mengantre untuk membeli kopi di lantai satu rumah sakit.

"Sibuk seperti biasa, tapi minggu depan akan jauh lebih sibuk. Bagaimana toko bunga Asta?"

"Syukurlah akhir-akhir ini lebih ramai dari biasanya." Mendengar jawaban Asta, raut wajah Urna seketika berubah. "Tenang aja, aku masih bisa membantu menjaga Mama Urna seperti biasa." Buru-buru Asta menambahkan.

"Oh, aku tidak khawatir tentang itu. Aku lebih khawatir pada toko bunga Asta," sahut Urna.

"Bukan masalah, kedua pegawaiku bisa dipercaya untuk menangani toko."

Tak terasa, sudah giliran mereka memesan.

"Halo, aku pesan satu hot latte dan-". Asta menoleh ke arah Urna. "Seperti biasa?" tanya pria bermata cokelat itu tiba-tiba.

Refleks Urna mengangguk, meski tidak tahu apa yang Asta maksud dari "seperti biasa" itu.

"Satu ice americano," kata Asta pada pelayan kafe itu.

Ah, itu maksudnya, batin Urna dalam hati.

Fokus Urna teralihkan begitu mendengar Asta menggunakan kata ganti "aku" dan bukan "saya" pada pelayan kafe itu. Tanpa bisa dikontrolnya, Urna merasa sebal.

Bukankah pria itu sendiri yang meminta agar mereka berbicara aku-kamu supaya lebih informal? Tapi sekarang dia sendiri yang berbicara aku-kamu pada orang lain.

Seketika panggilan aku-kamu rasanya jadi tidak spesial lagi.

Ah sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Urna akan terkesan kekanakkan kalau ia membahasnya.

Urna mengibas-ngibaskan tangannya di udara.

"Ada apa Urna?"

Asta mengangkat sebelah alisnya saat melihat tingkah Urna.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang