Chapter 28 - Kencan Kedua (1)

10 3 0
                                    

Yuhuuu! Ini dia chapter 28!

Spoiler dikit ah! Chapter ini bakal baper di endingnya. Aku yang nulis juga deg-degan 😆

Makasih banyak mau nungguin Asta Urna UP! 💜

Sebelum baca, yuk VOTE DULU (pencet tanda bintang) biar aku makin SEMANGAT 😗

Happy reading 💕

...

Tuk tuk. Tuk tuk tuk.

Tuk tuk. Tuk tuk tuk.

Suara berulang itu disebabkan oleh benturan ujung sepatu dengan bagian bawah meja makan. Dan, pelakunya adalah Urna Prianka.

Dari gesturnya, tampak jelas ia sedang gusar. Ia tak henti-hentinya mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya ke meja makan. Sementara matanya tertuju pada layar ponsel yang dalam keadaan mati.

Semangkuk susu dengan sereal yang sudah agak lembek membuktikan kalau sarapannya itu sudah diabaikan untuk waktu yang cukup lama.

"Aaarggghh, berisik banget sih kak! Ada apa sih pagi-pagi udah berisik!" pekik Uzuri kesal begitu ia keluar dari kamar.

Uzuri baru akan mengomel lebih lama, namun niat itu ia urungkan begitu tatapan tajam Urna mengarah padanya. Mentalnya seketika menciut.

Dalam diam Uzuri mengambil handuknya di balkon, lalu langsung menutup pintu kamar mandi.

Begitu Uzuri tak terlihat lagi, tatapan Urna kembali fokus pada layar ponselnya.

Sudah satu jam Urna menunggu kabar dari Asta. Kemarin malam pria itu bilang kalau ia akan menjemput pukul sembilan pagi.

Namun, saat ini jarum jam sudah menunjuk ke angka sepuluh!

Urna sudah menunggu satu jam dan tidak ada kabar apapun dari Asta. Pesan teks yang Urna kirimkan tidak dibaca, teleponnya juga tidak dijawab.

Urna memijat pelipisnya, berusaha meredam rasa kesalnya. Rencana kencan yang ia siapkan hari ini adalah pergi ke pameran lukisan dari seorang artis favoritnya. Dilanjutkan dengan makan siang di sebuah restoran yang sudah ia reservasi sejak sebulan lalu saking penuhnya.

Aish! Bahkan Urna sudah berencana untuk membeli sebuah lukisan dari sana!

"Haruskah aku ke toko bunga kalau-kalau terjadi sesuatu?" gumam Urna. Lekas ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia terlalu gengsi untuk pergi ke sana.

Asta yang tidak ada kabar duluan.

"Sudahlah, aku tetap bisa pergi ke pameran sendiri dan makan siang sendiri tanpa dia!" gerutu Urna sembari mencuci mangkuknya di wastafel.

Begitu selesai mencuci, terdengar nada dering tanda panggilan masuk.

Lekas-lekas Urna menyeka tangannya, lalu mengangkat panggilan itu.

Belum sempat Urna menyampaikan salam, terdengar suara panik di seberang.

"Halo? Bu Urna! Saya minta maaf karena menganggu akhir pekan Bu Urna. Ada masalah!"

Urna kembali memijat pelipisnya. Telepon itu bukan dari Asta, melainkan dari Janu.

"Ada apa Janu? Jelasin pelan-pelan," katanya setelah menarik napas panjang.

"Tadi dari kontraktor mengabari kalau ada perizinan yang kurang, saya takut berkasnya hilang Bu!" jelas Janu lebih perlahan namun tetap terdengar panik.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang