Chapter 22 - Bantuan

23 4 0
                                    

Hellooww! Welcome to AU Chapter 22!!! 🥰

Akhirnya hari ini kita bakal tau, apakah Urna dipecat/ngga?

Kamu tim mana nih? Kalau tim Urna dipecat plis komen & tim Urna nggak dipecat langsung aja vote sekarang!

Makasih banyak mau nungguin Asta Urna UP! 💜

Sebelum baca, yuk VOTE DULU (pencet tanda bintang) biar aku makin SEMANGAT nulisnya😗

Happy reading 💕

...

Di tengah keheningan diantara mereka berdua, ponsel Urna bergetar tanda panggilan masuk.

Urna melirik layar ponselnya, mengecek siapa penelepon yang mengganggu weekend-nya.

Pak Ketua.

Urna cepat-cepat menekan tombol jawab.

"Halo, Pak Ketua. Ada apa?"

Asta hanya memperhatikan dan menerka-nerka percakapan antara Urna dan peneleponnya dari ekspresi wajah Urna. Semakin lama, dahinya semakin berkerut dan responsnya semakin singkat-singkat.

Urna hanya menjawab seperti "baik, Pak", "akan saya diskusikan", "saya kabari secepatnya", dan terakhir "terima kasih, Pak". Lalu ia mematikan teleponnya.

"Apakah ada sesuatu?" tanya Asta setelah Urna menghela napas panjang.

"Gawat," gumam Urna.

"Ya?"

"Keadaan saya sangat gawat," ulang Urna.

"Ada apa, Urna?" spontan Asta mendekat karena khawatir.

"Ah, itu.."

Melihat Urna yang ragu-ragu, Asta menambahkan, "Kalau ada yang bisa aku bantu, akan kubantu. Katakan saja."

"Principal architect meminta tim saya untuk memegang proyek baru, itu artinya saya akan sibuk lagi untuk beberapa bulan ke depan," jelas Urna sembari memainkan lauknya.

"Apakah Urna benar-benar ingin mengambil proyek itu?" tanya Asta sembari memberikan satu potong lauknya, menggantikan lauk yang barusan dimainkan Urna dan terjatuh ke rumput.

"Terima kasih. Sejujurnya proyek itu kesempatan bagus untuk saya dan tim menambah portofolio, sepertinya egois jika egois tim saya kehilangan satu portofolio hanya karena saya."

"Tapi.."

"Tapi?" tanya Urna bingung.

"Tapi, apa yang membuat Urna ragu?" Asta memperjelas perkataannya.

"Anggota keluarga saya sakit, saya diminta menjaganya untuk sebulan ini."

"Anggota keluarga yang Urna maksud adalah seseorang yang kutemui tadi?"

"Itu benar."

"Kalau Urna benar-benar ingin mengambil proyek itu, aku bisa menggantikan Urna menjaganya," usul Asta.

"Tidak perlu, Asta pasti sibuk," tolak Urna. Ia memang mulai merasa nyaman dengan Asta, tetapi membuat Asta menjaga ibunya selama sebulan lebih? Itu berlebihan.

"Sama sekali tidak! Aku hanya bekerja di toko bunga selama jam makan siang, sisanya aku ini seperti pengangguran," jawab Asta setengah bercanda.

Ia memang hanya bekerja di toko bunga selama jam makan siang, menggantikan pegawainya yang beristirahat. Namun tentu saja ia tidak seperti pengangguran.

"Aku juga akan sangat senang kalau bisa menolong Urna," tambahnya.

Urna menatap wajah Asta lekat-lekat. Dari perkataannya dan ekspresi wajah Asta, Urna bisa tahu kalau pria ini serius dengan tawarannya barusan.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang