Chapter 26 - Kencan Pertama (1)

31 3 0
                                    

Haiii semuaa! I'm back with chapter 26!! 🥰

Masih pada nungguin Asta Urna UP kan??

Akhirnya mereka mulai ngedateee 😍 Ikut seneng!!

Makasih banyak mau nungguin Asta Urna UP! 💜

Sebelum baca, yuk VOTE DULU (pencet tanda bintang) biar aku makin SEMANGAT 😗

Happy reading 💕

...

"Jemput."

"Ketemu di sana."

"Jemput."

"Nggak. ketemu di tempat janjian aja, Asta."

"Urna, aku mau jemput."

"Aku nggak mau, ketemu di sana aja."

Asta menghela napas. Panggilan ini tidak akan berakhir kalau mereka berdua sama-sama keras kepala.

Asta sudah dalam perjalanan menjemput Urna, bahkan sudah dekat ke apartemen Urna. Tetapi tiba-tiba Urna mengubah rencana yang telah diaturnya sedemikian rupa.

"Kenapa Urna tiba-tiba mau berangkat sendiri?" tanya Asta setelah berhasil mengatur emosinya.

"Aku ada perlu dulu."

"Urna masih di apartemen atau udah di jalan?" Tak terdengar jawaban dari seberang.

"Apartemen," jawab Urna akhirnya.

"Aku ke sana dulu ya, soalnya aku udah deket. Kalau Urna masih belum siap aku tunggu."

"Iya udah."

Panggilan berakhir. Asta kembali menghela napas.

Asta berusaha tetap tenang karena ia tahu tidak ada gunanya ikut emosi pada seseorang yang sudah emosi duluan. Bagai menyiram api dengan minyak. Apinya akan semakin berkobar.

Satu hal yang membuatnya bingung, kenapa Urna yang kesal duluan padahal ia yang tiba-tiba mengubah rencana?

Ah sudahlah, lebih baik tanyakan langsung nanti, pikir Asta.

Asta memarkirkan mobilnya tak jauh dari area dropoff. Ia kemudian turun dari mobil, lalu berniat menelepon Urna kembali.

Namun niatnya sirna begitu melihat Urna duduk di salah satu sofa di lobby.

"Urna udah siap?" tanya Asta karena melihat perempuan itu sudah berpakaian sesuai destinasi mereka hari ini, tepi danau. Lawan bicaranya pun mengangguk, lalu membawa sebuah tas jinjing cukup besar.

"Urna masih ada perlu? Atau kita udah bisa berangkat?" tanya Asta lagi sembari mengambil tas itu dari tangan Urna.

"Aku perlu ke rumah sakit dulu."

"Okay!"

Sementara pria itu berjalan duluan ke mobil untuk membuka bagasi, Urna menatapnya dengan heran. Ia pikir Asta akan marah atau menunjukkan kekesalannya.

Perjalanan ke danau dan rumah sakit berbeda arah. Urna tahu ia akan sangat merepotkan Asta kalau Asta harus mengantarnya ke rumah sakit dulu.

Tadinya Urna berencana berangkat lebih cepat untuk ke rumah sakit dulu, lalu pergi sendiri ke lokasi. Ia juga merasa kesal karena adiknya tiba-tiba minta dibawakan laptop dari apartemen.

Jangan-jangan Asta tipe orang yang akan mendiamkannya jika marah? Tapi tadi Asta tetap bertanya padanya. Seharusnya bukan itu.

"Ada perlu yang Urna maksud itu ke rumah sakit?" tanya Asta setelah Urna masuk ke mobil.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang