Chapter 12 - Tak Dikenal

37 5 0
                                    

Haallooow! I'm baaaack with chapter 12 🥳 👏

Habis baca chapter ini, yuk tag aku (bellaregins_) di ig biar bisa aku repost 🤩

Jangan lupa vote & komen setiap paragrafnya biar bisa UP lebih cepet 😗

Happy reading 💕

...

Saat itu awal tahun, bulan-bulan seperti Maret-April termasuk ke musim pancaroba. Perpindahan dari musim hujan dan musim kemarau. Bulan-bulan di mana cuaca tidak menentu.

Contohnya hari ini, prakiraan cuaca mengatakan kalau hari ini akan cerah berawan. Namun nyatanya di pukul tiga sore, malah hujan deras.

Seorang pria di balik meja kasir berdecak. Tetapi, setidaknya kalau hujan, artinya kafe sepi. Itu hal bagus karena ia sebentar lagi akan menyelesaikan shift paginya. Ia jadi punya waktu untuk membereskan uang dan membersihkan meja pantri.

Pekerja paruh waktu itu bersiul-siul kecil menikmati pekerjaannya. Kalau tidak ada gangguan, ia bisa menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu lima belas menit.

Klunung!

Pria itu menengadahkan kepalanya yang sebelumnya tertunduk karena menghitung uang di mesin kasir.

"Oh, udah datang?" tanyanya.

"Iyah, hujannya gila banget! Gue kebasahan," sahut seorang wanita seumuran dengan pekerja waktu itu sembari menyisir rambut basahnya dengan jari setelah menutup payung dan menaruhnya di keranjang.

"Iya nih, hujannya nggak kira-kira," sahutnya lalu kembali menghitung uang.

"Eh, lo potong rambut?" tanya rekan kerja paruh waktunya sambil bersender pada pintu bertuliskan "STAFF ONLY". 

Pria itu menenyuh rambutnya. "Iya nih, gue udah diterima kerja. Biar rapi jadi dipotong pendek biar rapi," jelasnya.

"Congrats loh! Gue udah yakin dari awal kalau lo bakal keterima. Perusahaan mana yang berani nolak lulusan teknik sipil IPK cum laude plus 3,5 tahun pula!"

"Haha, makasih."

Klunung.

Seorang mahasiswi terburu-buru masuk ke dalam kafe, basah kuyup. Jauh lebih kebasahan dibanding teman kerjanya tadi. Menyadari mahasiswi itu adalah seorang pelanggan. Pekerja paruh waktu itu cepat-cepat memasukkan uang yang ia hitung lalu membersihkan tangannya.

"Selamat datang," sapanya ramah. Mahasiswi itu hanya tersenyum kecil lalu menunduk, menatap lembar menu di hadapannya. Cukup lama ia berdiri mematung.

Karena canggung, pekerja paruh waktu memilih untuk membersihkan pantri sembari sesekali melirik ke arah pelanggannya, kalau-kalau ia sudah siap memesan. Namun apa yang dilakukan pelanggan itu menarik perhatiannya. 

Pelanggan itu menunjuk salah satu menu, lalu membuka dompet kecilnya. Bibirnya komat kamit sambil menghitung uangnya.

"Permisi," katanya kemudian.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya ingin pesan Tiramisu Cheese."

"Baik, ada pesanan lainnya?"

"Tidak ada," jawabnya lalu menaruh beberapa lembar uang pecahan kecil di meja.

"Baik, akan saya antar pesanannya." Pelanggan itu mengangguk kemudian berbalik. Baru saja sang pekerja paruh waktu itu hendak mengambil uangnya, pelanggan itu berbalik lagi.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang