Chapter 31 - Kencan Ketiga (1)

9 3 0
                                    

YAAAYYYY! 👏🥳 HELLO SEMUAAA!

AKU UDAH KANGEN BANGET 😭

2 minggu nggak UP rasanya kayak 2 taun 😭

Makasih banyak mau nungguin Asta Urna UP! 💜

Sebelum baca, yuk VOTE DULU (pencet tanda bintang) biar aku makin SEMANGAT 😗

Happy reading 💕

...

Ting tong! Ting tong!

Bel interkom apartemen Urna berbunyi. Urna yang sedang berias memiringkan tubuhnya guna melihat ke layar interkom di samping kulkas.

Itu Asta!

Urna langsung berlari untuk membuka pintu. Melupakan sesuatu yang belum selesai ia lakukan.

"Asta! Huft, ayo masuk. Aku sebentar lagi selesai."

"Kenapa Urna ngos-ngosan?" Kedua alisnya berkerut.

"Ah, aku buru-buru membuka pintu."

"Ooh, jadi karena itu alis Urna baru selesai sebelah," sahut Asta pelan.

"HAH!" Spontan Urna memeriksa pantulan dirinya di cermin.

Sial, ucapan Asta benar. Hal yang dilupakan Urna adalah bahwa ia baru menggambar sebelah alis.

"Hahahaha, tetep cantik kok! Cuma jadi lebih lucu aja."

"Ih! Jangan ngetawain!" omel Urna sembari menggambar alis satunya.

"Haha, iya-iya. Omong-omong, Urna punya air putih botol? Kita pasti perlu itu." Asta berusaha mengalihkan topik, meski hal yang ia katakan memang benar adanya. Mereka akan memerlukan air putih dalam botol.

"Ada di kulkas, atau di rak dapur. Boleh tolong Asta cek?" sahut Urna.

Tak yakin Asta akan langsung menemukannya, Urna menghentikan kegiatannya. Lalu menunjuk sebuah pintu rak di atas kompor.

"Seharusnya di sana," katanya singkat.

"Oke! Thank you!" Setelah menemukannya, Asta memasukkan dua botol air mineral ke dalam tas ransel.

"Urna, apa aku boleh ke balkon?" tanya Asta pada Urna yang sedang memoleskan lip gloss.

"Boleh," jawab Urna singkat, lalu mengecap bibirnya. Memastikan lip glossnya sudah merata.

Angin berhembus kencang begitu Asta menggeser pintu balkon. Angin itu juga mengacak-acak rambut Urna yang tergerai.

Menyadari hal itu, Urna mengambil sebuah karet rambut lalu menguncir rambutnya dengan kunciran ekor kuda. Sebagian rambutnya ia pisahkan untuk menjadi poni.

Ok, selesai, batin Urna lalu membereskan alat riasnya.

"Asta, aku udah siap," katanya seraya mendekati Asta yang duduk di kursi besi.

"Wow, cantik! Ayo kita berangkat!" Asta beranjak dari kursinya, disusul Urna yang harus mengunci pintu balkon dulu.

Setelah memastikan apartemennya cukup aman untuk ditinggal seharian, Urna menyusul Asta yang sudah di luar.

Hari ini tanpa disengaja baju keduanya mirip. Urna mengenakan kaos putih polos dengan celana jeans berwarna biru muda. Di pinggangnya ia mengikat kemeja kotak-kotak berwarna biru, kalau-kalau di sana nanti terlalu terik. Urna bisa mengenakan kemeja itu agar kulitnya lebih tertutup. Terakhir, ia mengenakan sepatu sneakers berwarna putih dan tas selempang berwarna senada.

Sedangkan Asta memakai kaos putih polos dengan jaket varsity berwarna biru yang senada dengan celana jeansnya. Namun, Asta memakai sepatu training hitam bersol putih dengan sedikit aksen warna biru.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang