Hollaaaa! I'm baaaack with chapter 14 🥳 👏
(SPOILER : chapter ini MASIH full baper 🥰)
Habis baca chapter ini, yuk tag aku (bellaregins_) di ig biar aku repost 🤩
Jangan lupa vote & komen setiap paragrafnya biar bisa UP lebih cepet 😗
Happy reading 💕
...
Wangi parfum mobil yang menyengat menelisik indra penciuman Urna begitu pintu mobil terbuka. Wanginya yang begitu kuat membuat rasa mual Urna muncul kembali dan bahkan lebih kuat dari sebelumnya.
"Uurrp. Hoeek! Uhuk uhuk!"
Tanpa bisa ditahan, Urna memuntahkan sisa isi perutnya.
Oh sial, rutuk Urna begitu menyadari apa yang sudah ia lakukan.
Urna muntah di lengan Asta saat pria itu mendudukkannya di kursi penumpang.
"Ya Tuhan, maaf. Maaf maaf maaf. Saya akan bersihkan."
Urna cepat-cepat mengambil tissue dari tasnya, namun Asta menahan tangannya tanpa berkata apa-apa.
Sial, Asta pasti marah padanya, pikir Urna.
"Nggak apa-apa, Urna. Cuma kena jas kok, tinggal dicuci juga hilang," katanya tenang sembari membersihkan jasnya dengan tissue yang diambilnya dari tangan Urna.
"Tapi itu harus langsung dicuci, kalau tidak nanti berbekas." Urna bersikukuh.
"Jas bukan masalah penting, yang penting Urna gimana? Masih mual? Perlu minyak kayu putih?" lanjutnya dengan nada khawatir. Urna hanya menggelengkan kepala tanpa berani menatap Asta.
Sejujurnya ia kaget dengan respon Asta yang tetap tenang, dan malah mengkhawatirkannya bukan jasnya.
Respon Asta, berbeda jauh dari respon yang selama ini ia terima dari ayahnya dan Emran.
"Maaf ya, pasti karena parfumnya," tambah Asta lalu mengambil parfum mobil yg tergantung di spion tengah lalu membuangnya bersamaan dengan tissue bekas pakainya.
"Siap berangkat? Udah mendingan?" tanya Asta setelah duduk di balik kemudi.
"Saya sudah lebih baik," jawab Urna seraya memakai seat belt. Ia tidak ingin membuat Asta khawatir kalau tahu yang sebenarnya. Rasanya perut Urna terasa panas dan perih, mungkin karena perutnya kosong.
"Oke, kita berangkat!" seru Asta.
Selanjutnya, seperti biasa suasana canggung memenuhi di dalam mobil.
"Urna," panggil Asta setelah sepuluh menit berkendara, bermaksud membuka percakapan.
Namun tidak ada jawaban apapun dari Urna. Asta pun menengok.
"Oh, dia tertidur," gumamnya. Tangan kirinya bergerak menuju dashboard, menurunkan volume musik yang sedari tadi berputar. Kemudian mengganti playlistnya menjadi daftar lagu yang lebih lembut.
Sekali lagi Asta menengok ke arah Urna, mengecek keadaannya. Tak lama, ia menekan sebuah tombol di samping kanan kemudi. Perlahan sandaran kursi Urna bergerak semakin rendah.
Asta tersenyum setelah puas melihat Urna yang tampak lebih nyaman, lalu kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Hhmmm."
KAMU SEDANG MEMBACA
Asta Urna [ON GOING]
RomansaUrna ingin memutuskan hubungan dari masa lalu dengan sempurna lewat bunga perpisahan dari toko bunga Little Cosmos. Tak disangka, pilihannya itu malah membawanya kepada Asta, sang pemilik toko bunga. Asta yang begitu mengganggu dan menyebalkan, namu...