Chapter 40 - Cemburu

16 2 18
                                    

Hello semuaa! Apa kabar?? 🙋

Di chapter ini pasangan kesayanganku berantem hebat 😭 Kira-kira mereka bisa nggak ya buat selesain masalahnya?

Makasih banyak ya udah setia baca Asta Urna 💜💙

Sebelum baca, yuk VOTE DULU ⭐ ⭐ biar aku makin SEMANGAT nulis chapter selanjutnya 😗

Happy reading 💕

...

Hening, itulah satu kata yang mampu menggambarkan suasana di dalam bus kota sore ini. Penumpang hanya memenuhi separuh kapasitasnya, sehingga semuanya mendapatkan tempat duduk. Termasuk Urna yang berada di baris kedua dari belakang di sisi kanan bus. Ia menyandarkan kepalanya pada kaca jendela dengan mata tertutup rapat. Terlihat jelas Urna kalah dari rasa kantuk yang sejak dua jam lalu ia tahan mati-matian. Urna sebenarnya berharap Asta bisa menjemputnya, tapi Urna memilih untuk tidak meminta hal seperti itu.

Suara rintik gerimis yang sebelumnya bak lagu yang menemani perjalanan, perlahan mulai berubah menjadi gemuruh hujan deras. Suara baru itu yang menjadi sebab kantuk Urna hilang seketika.

Matanya mengerjap-ngerjap, dan selang berapa detik kemudian terbelalak. Cepat-cepat ia merapikan diri dan seluruh barang bawaannya, lalu menekan tombol yang berguna untuk memberi tanda pada supir bahwa ada penumpang yang akan turun.

Suara hujan deras menyelamatkannya, hampir saja Urna melewatkan halte bus di samping rumah Asta.

Begitu keluar dari bus, secepat kilat Urna berlari ke dalam toko Little Cosmos. Begitu berhasil masuk, Urna menepuk-nepuk blazernya yang kebasahan, lalu merapikan kuncir kudanya.

Eh? Ada apa ini? Kok sepi? pikirnya.

Biasanya siapapun yang masuk Little Cosmos akan langsung disambut dengan sapaan ramah dari pegawai yang saat itu bertugas. Hmm, mungkin saja tidak ada yang menyadari kedatangan Urna karena suara denting bel pada pintu tertutup derasnya suara hujan.

Samar-samar Urna mulai mendengar suara dari balik meja resepsionis.

"Iya Bu, sabar ya Bu. Gajianku telat, bisnis bos lagi sepi. Aku bakal coba tagih minggu ini." 

Urna tidak bermaksud menguping dari awal. Hanya saja setelah mendengar kata "gajian telat", hal itu tak ayal membuat Urna menguping lebih lanjut.

"Bisnis Asta sepi sampai telat bayar gaji pegawai?" tanya Urna pada diri sendiri. Ia tidak tahu akan hal itu.

Drrkk.

Sial, batin Urna. Cepat-cepat ia berlari ke arah tangga dan naik ke atas sebelum pegawai Asta menyadarinya.

Huft, aman.

Namun, pemandangan di hadapan Urna membuat perasaannya sakit. Asta yang juga tidak menyadari kedatangannya, tampak menatap layar tabletnya dengan frustrasi. Pria itu bahkan mengacak-ngacak rambutnya.

"Asta," panggil Urna pelan. Tanpa melihat wajah Urna lebih dulu, Asta cepat-cepat membalik tabletnya hingga layarnya menghadap ke bawah.

"Eh, Urna. Maaf aku nggak sadar Urna udah dateng," balas Asta seraya berjalan mendekati Urna dan membantu membawa barangnya ke sofa. 

Asta tampak santai dengan kaos lengan panjang polos berwarna biru muda dan celana jeans selutut ditambah celemek coklat menutupi sebagian besar pakaiannya.

"Tadi ada apa?" tanya Urna langsung.

"Oh, nggak apa-apa. Aku cuma lagi lihat resep," jawab Asta cepat, namun tanpa membalas tatapan mata Urna.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang