Chapter 5 - Sepulang

45 6 4
                                    

Bangunan toko bunga Little Cosmos di persimpangan memiliki dua lantai. Lantai pertama digunakan sebagai toko, tempat sang pemilik melayani pembelinya. Lantai kedua adalah rumah tinggal sang pemilik, sementara lantai ketiga adalah rooftop. 

Ia menggunakannya sebagai tempatnya menanam lebih banyak tanaman. Sementara itu, sang pemilik alias Asta Nawasena sedang membersihkan dirinya di kamar mandi.

Aroma sabun menguar begitu pintu kamar mandi terbuka. Asta mengusap-usap rambut basahnya dengan handuk, langkahnya mengarah ke kasur di tengah kamar. Sementara dirinya duduk di sudut kasur, tangannya meraih remote TV dan menekan salah satu tombol. 

Keheningan yang melingkupi ruangan seketika sirna, tergantikan suara dari pembawa acara televisi.

Pria itu merebahkan tubuhnya ke kasur, televisi yang dinyalakannya hanya untuk membuat kamarnya tidak terasa sepi. Ia melirik jam dinding di atas televisi, pukul sepuluh malam.

Drrt drrt.

Ponsel Asta bergetar, pertanda sebuah pesan telah diterima. Cepat ia berguling ke sisi kasur yang lain. Kedua ujung bibirnya tertarik begitu melihat nama pengirim pesan.

Saya sdh sampai dgn selamat.

Begitu isi pesannya. Jemarinya dengan gesit mengetik pesan balasan.

Syukurlah,selamat beristirahat

Send.

Usai mengirimkan pesan balasan, Asta menaruh ponselnya di atas nakas lalu mencari-cari hair dryer dari laci pertama nakas. Sumber suara di kamarnya bertambah begitu Asta menyalakan hair dryer dan mengarahkan ke rambut basahnya. Sebelah tangannya menyisir rambutnya sementara hawa panas mengalir dari hair dryer.

Matanya tiba-tiba terasa berat, padahal belum tengah malam. Ah, sepertinya hari ini Asta tidak perlu menyeduh teh akar valerian. 

Dan itu kabar baik.

...

Nit nit nit nit. Tinininit.

Apakah telinganya salah mendengar? Tidak tidak, Urna yakin betul itu adalah suara dari pintu apartemennya. Seseorang berusaha masuk namun memasukkan pin yang salah.

Sial, jangan-jangan Emran tahu rumahku, batin Urna cemas.

Cepat-cepat Urna mematikan musik dari laptopnya, lalu mendekat ke pintu apartemen. Tak lupa ia mengambil sebuah frying pan dari dapur sekalian lewat.

Nit nit nit nit. Tinininit.

Suara itu kembali muncul. Urna masih terdiam di balik pintu. Tiba-tiba terdengar teriakan.

"Urnaa! Buka pintunyaaaa! Kenapa kamu ganti pin bikin repot ajaa!"

Oh sial, dia lupa memberitahu seseorang.

Cepat-cepat ia membuka pintu. Begitu pintu terbuka, terpampang wajah masam kakak perempuannya yang berselisih umur empat tahun. Hanya kakak dan adiknya yang tahu pin apartemennya, namun Urna menggantinya sehari setelah ibunya datang.

"Hei, harusnya aku yang marah padamu. Seenaknya memberitahu alamat dan pin apartemenku pada orang lain," omel Urna sebelum kakaknya mengoceh lebih panjang.

"Iya iya, aku salah. Sekarang makan dulu, aku udah laper," balasnya. Kakaknya langsung masuk ke area dapur, mengambil beberapa piring dari rak, lalu membuka bungkusan yang ia bawa.

"Kamu jauh-jauh ke sini cuma buat makan ini?" celetuk Urna begitu ia melihat apa yang kakaknya bawa. Seember ayam goreng dari restoran cepat saji terkenal. 

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang