Chapter 17 - Lebih Kenal

29 5 1
                                    


Heeeyyy chingguuu! Kupersembahkan chapter 17!

Nulis chapter ini cukup seneng karena Asta mulai terbuka & Urna juga mulai lebih nyaman sama Asta 🥰

Makasih banyak mau nungguin Asta Urna UP! 💜

Habis baca chapter ini, yuk tag aku (bellaregins_) di ig biar aku tau kalau temen-temen baca & bisa aku apresiasi 🤩

Jangan lupa vote & komen setiap paragrafnya biar bisa UP lebih cepet 😗

Happy reading 💕

...

"Halo? Asta?" tanya Urna begitu panggilannya dijawab.

"Ya, Urna."

"Saya betul-betul minta maaf karena baru menghubungi, ada anggota keluarga yang masuk rumah sakit. Apakah Asta masih di sana? Saya di perjalanan ke restoran," jelas Urna di dalam taksi.

Tiga detik jeda antara pertanyaan Urna dan jawaban Asta membuat jantung Urna berdegup kencang. Bukan, bukan karena jatuh cinta. Itu karena Urna tidak tahu Asta akan memberi respons seperti apa.

Tetapi Urna bisa mengerti kalau Asta marah.

Saking paniknya Urna tidak mengabari Asta sama sekali dan membuatnya menunggu selama tiga puluh menit lebih. Namun respons Asta selalu di luar perkiraannya.

"Apakah sekarang anggota keluarga Urna sudah baik-baik saja?"

Urna tercengang, ini bukan respons yang ia duga. Seharusnya Asta marah dan mengomel tentang sudah berapa lama ia menunggu. Tapi Asta malah menanyakan kabar anggota keluarganya yang sakit.

"Oh, iya dia sudah tidak apa-apa. Saya hanya perlu kembali besok."

"Syukurlah kalau begitu. Aku masih di restoran, datanglah. Urna sudah makan? Atau mau kupesankan duluan?" tawar Asta.

"Terima kasih, saya tidak masalah dengan apapun yang Asta pesan."

"Urna tidak masalah dengan menu daging sapi?"

"Tidak masalah."

"Baiklah, hati-hati di jalan."

Panggilan telepon berakhir. Urna menghela napas lega. Satu hal yang ia temukan tentang Asta, dia bukan pria yang cepat bereaksi pada sesuatu. Beberapa kali ia konsisten menunjukkan sikap itu. Dan bagi Urna, itu hal yang baru.

Di tempat lain, Asta juga lega setelah menerima panggilan telepon Urna. Ia khawatir kalau Urna mengalami kecelakaan atau hal buruk lainnya. Namun Asta lega karena semua itu hanya pikirannya saja.

Urna sampai sepuluh menit kemudian, tampak Asta duduk menghadap pintu masuk. Melihat Urna, Asta langsung berdiri dan melambaikan tangannya.

"Maaf saya terlambat," kata Urna sembari menarik kursinya. Di meja sudah tersaji dua steak sapi dan yang Asta pesan lebih dulu.

"Dimaafkan, ayo kita makan dulu," jawab Asta sambil tersenyum.

"Bagaimana makanannya? Urna suka?" tanya Asta di sela-sela makan.

"Ini enak, saya suka. Asta pandai memilih menu," puji Urna.

"Syukurlah, Urna mau coba punyaku? Ini juga enak, tapi sedikit lebih pedas." Urna mengangguk, lalu Asta memberikan potongan dagingnya.

"Ehm, ini juga enak," komentar Urna. "Asta juga mau coba punya saya?"

"Boleh." Urna kemudian memberikan sepotong dagingnya.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang