Chapter 19 - Mulai Menerima

34 5 0
                                    

Heyhooo! I'm back with AU Chapter 19!!! 🥰

Masih lanjut di masa-masa kelam Asta setelah mamanya meninggal😭 Tapi bersyukur banget karena ada sahabatnya di sisi Asta

Makasih banyak mau nungguin Asta Urna UP! 💜

Sebelum baca, yuk VOTE DULU (pencet tanda bintang) biar aku makin SEMANGAT 😗

Happy reading 💕

...

Hari ini hari Sabtu, cuaca terpantau cerah berawan. Jalanan penuh dengan lalu lalang kendaraan bermotor dan pejalan kaki.

Berbeda dengan hari biasa di mana para pejalan kaki mayoritas mengenakan pakaian formal karena area ini dipenuhi dengan gedung perkantoran. Hari ini para pejalan kaki memakai baju santai.

Dan hari ini adalah hari kerja paruh waktuku. Tidak lama memang, hanya empat jam kerja.

Pekerjaannya pun mudah, hanya bersih-bersih seperti menyapu dan mengepel. Hal lain yang harus kulakukan adalah merawat bunga.

Tapi, inilah hal aneh di tempat kerjaku. Jelas-jelas aku bekerja di toko bunga, tetapi setelah sebulan aku bekerja di sini tidak pernah sekalipun toko bunga ini buka.

Aneh, kan?!

Oh oh! Pemiliknya jauh lebih aneh lagi. Maaf ralat, maksudku anak pemiliknya.

Aku melamar kerja di sini dua bulan lalu, tetapi lamaranku tidak ada respon sama sekali. Jadi kupikir mereka tidak membutuhkanku. Sampai sebulan lalu, tiba-tiba toko bunga ini menghubungiku untuk wawancara kerja!

Itu memang kabar baik dan aku senang.

Sampai akhirnya aku bertemu untuk interview.

Hal aneh pertama.

Pewawancaraku seorang laki-laki yang belum pernah kulihat di toko bunga ini. Bagaimana aku tahu? Singkatnya karena aku selalu melewati toko bunga ini setiap pulang pergi ke kampus.

Hal aneh kedua.

Pewawancaraku tampak sangat berantakan. Tubuhnya kurus, sorot matanya seperti seseorang yang tidak punya keinginan hidup lagi. Dari penampilan fisiknya, aku ragu kalau ia bisa mengelola toko bunga ini. Bahkan aku ragu kalau ia mengerti soal bunga.

Hal aneh ketiga.

Ia tidak menanyai hal-hal seperti wawancara pada umumnya. Ia hanya menanyai perihal berapa hari dalam seminggu aku bisa bekerja, berapa jam per harinya, lalu bunga apa saja yang bisa kurawat. Setelah itu ia menjelaskan kalau aku hanya perlu membersihkan area toko di lantai satu, dan merawat bunga-bunga di sini.

Dia bahkan tidak memberitahuku namanya!

Terakhir, ia memberi tahu gaji yang kudapat per hari. Sejujurnya waktu itu mataku melotot melihatnya. Jumlahnya cukup besar untuk hanya empat jam kerja dalam satu hari.

Tanpa sadar aku langsung menyetujuinya.

Awalnya aku merasa menyesal bekerja di sini, sampai bibi yang mengajariku di dua minggu awal aku bekerja menceritakan tentang kepergian pemilik toko bunga ini. Bibi itu juga bilang kalau yang mewawancaraiku hari itu adalah anaknya.

Sejak saat itu aku jadi sedikit bersimpati padanya.

Akhirnya, di sinilah aku sekarang. Hanya memandangi aktivitas orang-orang sambil mengelap kaca jendela toko.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang