Chapter 39 - Kesalahan Fatal

11 2 11
                                    

Hello semuaa! Apa kabar?? 🙋

Gimana ya akhirnya Urna dapat anggota tim tambahan yang dia nggak mau? 😭

Makasih banyak ya udah setia baca Asta Urna 💜💙

Oh iya, di chapter ini banyak istilah2 dalam pekerjaan proyek arsitek. Penjelasan lebih lanjut di komentar per paragrafnya ya 👍

Sebelum baca, yuk VOTE DULU ⭐ ⭐ biar aku makin SEMANGAT nulis chapter selanjutnya 😗

Happy reading 💕

...

"Asta, kita yakin ke sini?" Urna penumpang mengerutkan keningnya, menyebabkan jarak antara kedua alisnya berkurang. Ia mengerjap-ngerjapkan mata melihat destinasi dari aplikasi peta di ponsel Asta. Asta sengaja memberikan ponselnya pada Urna untuk meminta bantuan Urna membacakan peta.

"Yap, sangat yakin!" jawab Asta setelah berhasil memasang sabuk pengaman.

"Kamu udah reservasi?" Urna kembali memastikan.

"Belum."

"Kalau gitu, percuma kita berangkat," pungkas Urna sembari keluar dari aplikasi peta itu. Bukan, bukan karena Urna si paling terencana. Tetapi karena tujuan yang tertera di aplikasi peta itu adalah restoran yang ingin Urna kunjungi setelah mereservasi sebulan sebelumnya namun batal karena Asta sakit.

"Tenang aja, kita pasti dapet meja," sahut Asta santai. Kelewat santai sampai membuat Urna jauh lebih khawatir. Ia malas membuang-buang waktu di akhir pekannya, tapi saat ini Urna juga malas berdebat.

Akhirnya Urna mengalah, ia kembali membuka aplikasi peta dan membacakan peta untuk Asta. Hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai di restoran yang mereka tuju.

Asta menyalakan lampu sein kanan mobilnya begitu kendaraan mereka mendekat.

Grand Siesta, itulah nama restoran fine dining yang mereka tuju hari ini. Untungnya kondisi jalanan tidak macet di saat mereka berangkat.

"Selamat siang, Pak Asta dan Bu Urna." Salah seorang staff wanita langsung menyapa setibanya di pintu depan restoran seolah sudah menunggu kedatangan mereka. Asta membalas sapaan itu dengan senyuman yang tak bisa Urna artikan, sementara Urna berusaha mempertahankan ekspresinya tetap tenang meski ia sangat kebingungan. Terlebih lagi, entah mengapa wajah staff tersebut familiar di ingatan Urna.

Grand Siesta yang berada di sisi utara kota memberikan pemandangan kota dari ketinggian. Urna turut menikmati pemandangan yang disajikan selama perjalanan singkat menuju meja mereka. Memang Urna masih ingin mengunjungi restoran ini, sudah satu bulan berlalu sejak saat itu. Tapi Urna tidak pernah mengatakan pada Asta nama restoran yang waktu itu Urna reservasi dan terpaksa dibatalkan.

Bagaimana Asta mengetahuinya? Atau ini hanya kebetulan?

"Silakan duduk di sini, Pak Asta dan Bu Urna."

Staff itu mempersilakan keduanya duduk, dengan cekatan ia kemudian menaruh masing-masing satu buku menu di depan Asta dan Urna setelah sebelumnya mengambil papan bertuliskan "Reserved".

Dalam hati Urna mengakui kinerja staff ini, tapi di satu sisi bukankah industri F&B memang seharusnya memiliki standar pelayanan sebaik ini?

Sementara Urna banyak berpikir, Asta masih berekspresi aneh. Oh, hal aneh selain ekspresi Asta adalah staff yang melayani mereka. Dilihat dari usianya, Urna yakin ia seusia dengannya atau Asta. Dan sepertinya Urna salah jika menyebutnya staff, dari aura yang dipancarkannya Urna lebih yakin jika perempuan ini sudah setingkat manajer atau minimal supervisor.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang