Haaiii semuaa! Aku mau minta maaf yang sebesar-besarnya karena telat UP Asta Urna chapter ini 😭
Hidupku akhir-akhir ini berantakan banget jadwalnya (including jadwal tidur), I'm so sorry 😣
Makasih banyak mau nungguin Asta Urna UP! 💜
Habis baca chapter ini, yuk tag aku (bellaregins_) di ig biar aku tau kalau temen-temen baca & bisa aku apresiasi 🤩
Jangan lupa vote & komen setiap paragrafnya biar bisa UP lebih cepet 😗
Happy reading 💕
...
"Maaf, apakah ada pasien atas nama Unaisa Paramitha?" tanya Urna pada seorang perawat yang baru keluar dari ruang IGD. Perawat itu mengernyitkan dahi.
"Tidak ada, Bu. Mungkin pasien tersebut di kamar inap?"
"Ah tidak, saya yakin dia baru saja masuk rumah sakit."
"Maaf, saya tidak yakin ada pasien bernama Unaisa.
"Baik, terima kasih." Setelahnya Urna memberanikan diri untuk masuk ke dalam IGD berbekal informasi seadanya dari kakaknya dan perawat barusan.
Tapi, bukankah itu berarti bukan kakaknya yang dirawat? Itu hal baik, namun menimbulkan pertanyaan selanjutnya. Kalau bukan kakaknya, lalu siapa?
"Urna?" panggil seseorang.
"Kak Unai? Kamu nggak apa-apa?" Urna langsung berlari pada kakaknya dan mengecek keadaaannya.
"Nggak apa-apa, kita ngobrol di luar sebentar." Unai mengiring Urna ke sudut rumah sakit yang lebih sepi.
"Siapa yang sakit?" tanya Urna tak sabar begitu mereka hanya berdua.
"Dengerin aku dulu tanpa motong perkataanku, bisa?" pinta Unai.
"Oke."
Unai menghela napas, di pipinya tampak bekas air mata yang mengering.
"Sejak terakhir kali aku ke rumahmu, Mama tinggal sama aku. Aku punya kamar kosong di lantai dua dan kupakai buat Mama. Tadi pagi, Mama jatuh dari tangga dan tangannya patah," Unai mengenengadah, menahan air matanya untuk jatuh.
"Anak-anakku lagi di sekolah dan suamiku juga kerja, jadi aku sendiri yang anter ke rumah sakit," sambung Unai. Meski tanpa ekspresi, Urna memberikan tissue pada kakaknya untuk mengelap air matanya yang perlahan mengalir.
"Aku tadi ketakutan, lebam Mama belum sembuh dan sekarang ditambah patah tulang lengan." Urna menepuk-nepuk bahu kakaknya. "Aku juga kepikiran karena lusa aku harus keluar kota, jadwalku nggak bisa diubah lagi. Tapi kalau aku pergi, nggak ada yang rawat Mama."
Unai menghela napas, dari gesturnya tergambar kalau ia ragu melanjutkan kalimatnya. Namun, Urna paham ke mana kakaknya mengarahkan pembicaraan ini. Urna tahu ia tidak boleh memotong, namun sepertinya ia harus menunggu lama sampai kakaknya berbicara lagi.
"Jadi maksudmu, selama kamu keluar kota aku yang rawat dia?"
Unai mengusap hidungnya yang memerah.
"Salah satu tujuanku cerita ke kamu adalah itu, tujuan lainnya cuma supaya kamu tau keadaan Mama," jawab Unai."Kak, aku tahu salah satu tujuanmu minta aku jaga dia adalah supaya aku baikan sama dia. Tapi, dipikir berapa kalipun jauh lebih baik kalau dia dirawat di rumah sakit. Ada dokter dan perawat yang jaga di sini, lagipula tempat ini paling cocok untuk orang sakit." Urna menghela napas, mempersiapkan kata-kata tajamnya untuk debat sesi kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asta Urna [ON GOING]
RomanceUrna ingin memutuskan hubungan dari masa lalu dengan sempurna lewat bunga perpisahan dari toko bunga Little Cosmos. Tak disangka, pilihannya itu malah membawanya kepada Asta, sang pemilik toko bunga. Asta yang begitu mengganggu dan menyebalkan, namu...