Chapter 13 - Tak Terduga

25 5 2
                                    

Haii haii! I'm baaaack with chapter 13 🥳 👏

(SPOILER : chapter ini full baper 🥰)

Habis baca chapter ini, yuk tag aku (bellaregins_) di ig biar bisa aku repost 🤩

Jangan lupa vote & komen setiap paragrafnya biar bisa UP lebih cepet 😗

Happy reading 💕

...

Urna tidak bisa fokus sepanjang acara peresmian, pikirannya sibuk menerka-nerka apakah Asta benar-benar donatur rumah sakit atau hanya kebetulan ia duduk di sana.

Kalau diingat-ingat, staff tadi mencari Asta saat acara mau mulai. Itu salah satu petunjuk kalau Asta memang orang penting.

Tapi, apakah itu artinya tadi Asta berbohong padanya soal bunga yang salah tempat?

Kalau memang benar Asta adalah donatur, kenapa ia tidak bilang padanya?

Tapi memang Asta tidak punya kewajiban untuk memberi tahunya. Aish, begitu mengesalkan. Urna merasa dibohongi, namun Asta tidak sepenuhnya berbohong.

Sementara itu pria yang ia pikirkan sedang berbincang dengan pria paruh baya di sampingnya.

Saat Asta menyapanya tadi, Urna hampir tidak mengenalinya. Bagaimana tidak? Pria yang selama ini Urna lihat selalu memakai pakaian kasual, tetapi saat ini memakai setelan jas hitam dengan dasi abu. Rambutnya pun disisir rapi ke belakang, memamerkan dahinya.

Padahal baru saja beberapa saat lalu Urna bertemu dan masih memakai kemeja kotak-kotak dengan celana jeans yang bolong-bolong dengan sepatu bootnya.

Pria itu berubah 180 derajat hanya dalam waktu lima belas menit.

Lamunan Urna buyar saat Pak Andreas menepuk pelan lengan Urna. Urna cepat-cepat berdiri menyadari Pak Ketua menyebutkan namanya dalam kata sambutan perwakilan dari Mirae..

Urna membungkuk memberi hormat kepada para hadirin yang bertepuk tangan. Hingga satu waktu, matanya bertemu dengan Asta yang juga bertepuk tangan.

Urna lekas memalingkan wajah, ia tahu ia tidak punya hak untuk kesal.

Tetapi, ia tetap kesal.

Urna bernapas lega begitu MC mengumumkan penutupan acara. Akhirnya ia bisa pulang.

"Urna, ayo ikut saya sebentar, saya ingin mengenalkanmu pada beberapa orang yang saya kenal," ucap Pak Ketua seraya bangkit berdiri mendahului Urna.

"Oh, bagaimana dengan Pak Andreas?" tanya Urna.

"Tenang saja, dia mengenal lebih banyak orang di sini daripada saya," sahut Pak Ketua sambil tersenyum pada Pak Andreas. Urna pun akhirnya mengikuti Pak Ketua.

"Arya, apa kabar?" sapa Pak Ketua ramah pada seorang pria di usia akhir lima puluhan.

"Kabar baik! Kau tampak tetap muda, apakah karena pekerjaanmu semakin mudah?" balas pria itu sembari tertawa.

Dialah Arya Guntoro, salah satu principal architect di Grup Abiyasa Basil.

Mengingat Grup Abiyasa Basil juga memiliki firma arsitek dan kontraktor sendiri, Urna sempat heran karena yang menangani proyek rumah sakit ini malah Mirae.

Urna merasa tak nyaman berada di sana, bukan karena Arya Guntoro adalah ayah dari mantan pacarnya. Tetapi lebih karena ucapan Arya tadi terdengar seperti sindiran.

Asta Urna [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang