Hollaaaa! Akhirnya chapter 15 suda diuploaadd! Yuhuuuu! 🥳 👏
Habis baca chapter ini, yuk tag aku (bellaregins_) di ig biar aku tau kalau temen-temen baca & bisa aku apresiasi 🤩
Jangan lupa vote & komen setiap paragrafnya biar bisa UP lebih cepet 😗
Happy reading 💕
...
"Pagi, saya mau pesan satu ice americano," kata Urna seraya mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya.
"Baik, satu americano. Ada tambahan lainnya?" tanya sang kasir ramah.
"Hmmm."
"Pagi, Urna."
"Eh, oh. Pagi, Asta," balas Urna canggung. Urna tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Asta secepat ini. Kemarin, Asta pulang setelah selesai makan malam. Setelah gejalanya kembali, Urna tidak sanggup kalau Asta lebih lama berada di apartemennya. Bisa-bisa gejalanya tambah parah.
"Bagaimana keadaan Urna?"
"Jauh lebih baik, berkat bantuan Asta. Oh, Anda ingin pesan sesuatu? Saya belikan sebagai bayaran atas bantuannya kemarin."
"Aku tidak membantu Urna untuk menerima bayaran," jawab Asta dengan nada seperti merajuk, tetapi di mata Urna malah terkesan lucu karena Asta memanyunkan bibirnya. Urna yakin pria ini sudah berusia paling tidak tiga puluh tahunan, terkadang sikapnya jauh lebih dewasa dari Urna, terkadang juga Asta bertingkah seperti anak kecil.
"Kalau begitu, sebagai tanda terima kasih?" tawar Urna lagi.
"Haha, benarkah?"
"Saya serius."
"Hmm, kalau begitu saya mau hot latte," jawab Asta sambil tersenyum.
"Tambahan hot latte satu," kata Urna pada kasir.
"Baik, silakan tunggu pesanannya selesai." Urna mengangguk kemudian berjalan menuju sebuah meja setelah kasir itu mengembalikan kartu debitnya.
"Sepertinya Urna selalu memesan ice americano," celetuk Asta.
"Itu benar."
"Ada alasannya?" Asta memiringkan kepalanya.
"Americano membantu saya untuk tidak mengantuk di kantor."
"Urna pasti sering begadang." Urna mengangguk-angguk. Urna akan punya lebih banyak waktu tidur saat proyeknya sudah selesai. Urna punya suatu tradisi, di mana ia akan menyediakan satu hari kosong tanpa jadwal apapun setiap satu proyek selesai. Biasanya Urna akan menggunakan hari kosongnya untuk tidur lebih lama, bertemu teman, atau melakukan hal yang ia suka.
"Pesanan atas nama Urna," panggil kasir yang tadi melayani Urna. Urna baru akan bangkit berdiri saat Asta mendahuluinya.
"Biar kuambilkan." Begitu katanya.
Setelah mendapatkan pesanan mereka, keduanya keluar dari kafe dengan memegang gelas kopi masing-masing.
"Cuacanya bagus hari ini," celetuk Asta sembari menatap langit cerah berawan.
"Betul. Omong-omong, kenapa Anda mengikuti saya?" Urna menanyakan hal itu karena seharusnya dari kafe Asta hanya perlu menyeberang untuk sampai ke toko bunganya. Tapi pria itu malah ikut belok ke kanan.
"Aku hanya ingin menemani Urna berangkat kerja," jawabnya santai.
"Itu tidak perlu, lagi pula tempat kerja saya dekat," tolak Urna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asta Urna [ON GOING]
RomanceUrna ingin memutuskan hubungan dari masa lalu dengan sempurna lewat bunga perpisahan dari toko bunga Little Cosmos. Tak disangka, pilihannya itu malah membawanya kepada Asta, sang pemilik toko bunga. Asta yang begitu mengganggu dan menyebalkan, namu...