37

30.9K 2.7K 313
                                    

happy reading<3

•••

Kia menumpukan kepalanya pada dada bidang milik Darel yang sedang duduk menyetir.

"Sayang, papa mana bisa nyetir kalau kamu gitu" peringat Bintang hendak mengambil Kia yang menggeleng tandak tak setuju.

"Udah gapapa, aku biasa aja kok. Kia nyaman kan?" Tanya Darel menunduk sebentar menatap Kia yang mengangguk.

Bintang tersenyum haru saat melihat kedekatan Darel dan Kia yang selama ini ia impi-impikan. Dia juga sangat bahagia saat Kia bisa menerima Darel tanpa tau masa lalunya.

"Papa Kia mau tidul" gumam Kia mengucek matanya dan memejamkan mata saat tangan Darel mengusap halus punggungnya.

"Papa tidul di lumah ya?" Tawar Kia yang masih sempat-sempatnya bertanya padahal mengantuk berat.

"Enggak sayang" balas Bintang langsung membuat Darel menipiskan bibirnya diam tak bicara, lantas untuk apa ia kecewa jika dirinya sendiri yang menorehkan luka?.

"Kenapa" gumam Kia lagi yang akhirnya terlelap tanpa Bintang menjelaskan panjang kali lebar.

•••

Sesampai di rumah Bintang, Bintang turun sambil membawa kresek berisi jajanan milik Kia. Sedangkan pemiliknya sendiri masih tertidur lelap di gendongan sang papa.

"Sini Rel biar aku yang gendong" ucap Bintang merentangkan tangannya kepada Darel agar segera memindahkan Kia kedalam pelukannya.

"Gapapa biar aku yang-

"Darel please, aku gak enak sama tetangga nanti, apalagi sekarang udah malam" peringat Bintang agar Darel lebih paham dan tidak menimbulkan fitnah tetangga.

"Iya" pasrah Darel dan menyerahkan tubuh Kia perlahan agar tidak mengusik yang ternyata masih saja Kia merengek sebentar, mungkin saja Kia merasa akan dipisahkan lagi oleh sang papa (?).

Setelah Kia berpindah gendongan, Darel hendak pamit tapi terhalang oleh Bintang yang menyuruhnya menunggu dan masuk untuk menidurkan Kia terlebih dahulu.

Setelah menidurkan Kia, Bintang keluar rumah sambil membawa dua cangkir teh dan langsung duduk saat melihat Darel duduk dibangku terasnya.

"Diminum" ucap Bintang dengan nada ya bisa dibilang datar-datar manis, tapi meskipun begitu sudah membuat hati Darel berbunga-bunga menganggap jika Bintang masih perhatian kepadanya.

"Makasih" balas Darel tersenyum dan menyeduh tehnya sebentar.

Setelah meminum setengah gelas tehnya, dia langsung mengalihkan pandangan langit malamnya menuju Bintang yang masih diam menikmati suasana tenang.

"Sebelumnya aku minta maaf atas segala kesalahan sebelumnya, ditambah lagi sama drama pagi tadi yang bikin kamu sedikit marah, aku minta maaf" ucap Darel menundukkan sedikit kepalanya.

"Yang kedua, aku sangat amat berterimakasih sekali sama kamu karena telah mengizinkan Kia mengenal aku sebagai ayahnya, bukan sebagai orang lain" lanjut Darel sedikit sedih dan senang mengenai hari ini.

"Aku gak tau skenario Tuhan untuk kita seperti apa, tapi aku selalu berharap masa depan kamu adalah aku, sedangkan masa depanku adalah kamu. Tapi kembali lagi kepada kita sebagai manusia mau jalan yang bagaimana, mau mengelak kah atau mau mengikuti alur Tuhan saja?" Lanjut Darel beralih pindah tatapan menuju langit yang sepi tanpa bintang.

"Lihat deh langit diatas, gak ada bintang sama sekali. Mungkin mereka semua cemburu melihat kecantikan Bintang disampingku" gurau Darel membuat pipi Bintang sedikit bersemu, untungnya pencahayaan rumah Bintang tidak seterang itu hingga tidak terlalu menampakkan rona merahnya.

Imperfect Young PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang