VOTE DULU!
Happy Reading
•••
"Ada pertanyaan lagi"
"Ck, apa sih Rel? Aku lagi sibuk nih" ucap Bintang sedikit kesal.
"Kapan kamu mau aku ajak rujuk?" Tanya Darel yang membuat aktivitas Bintang terhenti.
Dengan perlahan Darel memegang lengan Bintang agar berbalik menghadapnya.
Bintang menunduk menahan gugup dan desiran jantung saat mata tajam milik Darel menatapnya serius.
"Bagaimana? Kapan kamu siap menjadi istriku lagi untuk yang kedua dan Insyaallah yang terakhir?" Tanya Darel lagi dan mengangkat dagu Bintang agar ikut menatapnya.
"D-Darel... t-tolong kasih aku waktu lagi" jawab Bintang pelan sambil menghalau tangan Darel.
Darel menghela nafasnya sejenak lalu tersenyum dan mengangguk.
"Aku akan selalu memberimu kesempatan. Aku akan selalu menunggu jawabanmu, indah atau tidaknya nanti, itu akan menjadi kejutan di akhir" ucap Darel dan mengelus rambut Bintang halus lalu berlalu meninggalkan Bintang menuju Kia.
Bintang berjongkok sejenak dengan tangan yang senantiasa memegang dadanya. Ia terkejut, ia bahagia, tapi ia juga merasa trauma. Semua perasaan ini bercampur aduk menjadi satu. Bintang menggelengkan kepalanya untuk melupakan sejenak, lalu mengambil jajanan yang baru ia buat untuk Kia dan Darel yang sedang asik mewarna di ruang tengah.
"Berhenti dulu Kia... cuci tangan terus kita makan jajannya" ucap Bintang bergabung bersama Darel dan Kia.
"Bental buna, nanggung" jawab Kia dan masih melanjutkan aktivitas mewarnanya.
Darel langsung mengambil alih crayon ditangan sang anak.
"Ayo kita makan jajan dulu, papa juga udah kepingin coba jajan buatan buna" ucap Darel yang langsung diangguki oleh Kia lalu berdiri untuk cuci tangan.
Bintang mengerucutkan bibirnya sebal saat Kia sangat bergantung dengan Darel. Padahal dulunya Kia sangat bergantung padanya, tapi dia selalu bersyukur akan hal itu semua jika Kia dan Darel sudah bisa kembali bersama.
Darel mencolek dagu dan mengedipkan satu matanya genit lalu berdiri dan ikut Kia untuk mencuci tangan.
Bintang yang awalnya sebal dan mendelik tajam langsung bersemu malu.
•••
"Buna, kapan papa buca tidul belsama kita?" Pertanyaan buruk itu muncul begitu saja dari Kia yang bersandar manja pada dada Bintang.
"E-emang Kia maunya kapan?" Tanya Bintang balik dan langsung Kia beralih sandaran menuju dada bidang Darel.
"Mau cekalang, tapi pasti ndak bica. Pokok Kia mau tidul belcama kalian secepatna" jawab Kia manja dan dihadiahi ciuman ringan dikeningnya dari sang ayah.
"Papa, katanya Kia mau cekolah, kapan? Kia mau punya banyak teman" ucap Kia lagi dengan antusiasnya.
Bintang dan Darel saling melirik seakan berbicara melalui telepati. Darel terlebih dahulu menarik nafasnya dan mulai menjawab.
"Kia maunya kapan? Kia udah siap belajarnya?"
"Ciap!!!! Kia cangat ciap belajal" jawab Kia semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Young Papa
Teen FictionBintang terkejut sesaat, tetapi langsung tersenyum hangat saat melihat Darel pelakunya. Darel dengan manja meletakkan kepalanya di bahu Bintang sambil sesekali melihat masakan Bintang dan menghirup aroma masakan Bintang yang menggunggah selera. "J...