Pagi ini, rumah keluarga Aigner ramai karena aksi dari Kaiva dan juga Zee.
sulung dan anak tengah keluarga Aigner itu nampak bertengkar hebat hanya karena masalah sepele.
"lo jangan seenaknya aja mentang-mentang yang paling tua ya bangsat!" teriak Zee
"ngomong apa lo?! lo berani bangsat-bangsatin gw hah!!" balas Kaiva, tak terima jika dirinya mendapat umpatan kotor dari mulut sang adik
Bughhh!
Kai yang sudah geram dan emosi itu akhirnya memukul wajah sang adik dengan keras.
Zee yang mendapat pukulan merasa tak terima, ia lalu mengambil vas bunga yang kebetulan ada di dekatnya dan memukul kepala Kai dengan vas bunga itu.
prak!!
vas bunga itu pecah di kepala Kai, sakit pada kepalanya memang serius, namun ia tak boleh tumbang sebelum membalas perilaku sang adik.
dengan nafas yang menggebu, Kai mengambil meja kecil yang biasa buat naruh vas bunga, Kai mengangkat meja itu dan melemparkannya kepada sang adik.
Brakkk!
"awhsss" Zee meringis kesakitan, badan dan kepalanya sungguh sakit sekarang
Sang ayah yang turun ke lantai bawah dan mendapati kedua anaknya bertengkar hebat dan kondisi zee yang lemah langsung menghampiri anaknya itu.
ia dengan langkah tergesa menghampiri Kai.
plakkk!
bunyi nyaring itu di dapat ketika Gracio menampar pipi si sulung dengan keras.
"udah pada ngerasa jagoan kalian, iya?! JAWAB AYAH!!" marah Gracio, kepalanya sudah berisik dengan urusan kantor yang membuatnya jengah, malah di tambah kelakuan bocah ingusan tak tau diri ini.
merasa tak mendapat respon, Gracio mencekik leher si sulung, Kai di buat tak bisa bernafas dengan cekikan Ayahnya itu.
"a-yahh s-akitthhh" lirih Kai
"yang nyuruh lempar adek pake meja siapa?!" tanya Gracio
"le-passhh yahhh, akkkhhh" teriak Kai, sudah di pastikan setelah ini lehernya akan memerah bekas tangan kasar ayahnya
Gracio melepas cekikannya, ia lalu menghampiri Zee yang masih terkapar lemas di lantai.
menarik baju Zee dengan kasar hingga anak itu bangkit berdiri."siapa yang suruh bikin rusuh ZEEANDRA?!!!" teriak Gracio
"maaf yah" ucap Zee lirih
"kalau pada ngerasa jagoan, silahkan berantem di luar, kalau perlu sekalian kalian saling bunuh!" emosi Gracio memuncak
Tak lama dari situ, sang Bunda terlihat menuruni anak tangga, menghampiri keributan yang ada di sana.
"kenapa lagi hm?" tanya sang Bunda lembut
"anak kamu, pada gak jelas semua! bisanya nyusahin aja" jawab Gracio
"hufftt, udahan ya? kalian mending pada berangkat sekolah sama ngampus, nanti keburu siang" lerai Bunda, kalimat nya beriringan dengan helaan nafas
keduanya lalu dengan tertatih menghampiri sang Bunda, mencium tangan sang Bunda dan berpamitan.
sedangkan Gracio sudah nampak tak acuh ketika anaknya ingin pamit.
setelah kedua anaknya pamit pergi, Shani bisa sedikit bernafas lega.
"mau kemana?" tanya Gracio dengan nada tinggi ketika melihat sang istri beranjak pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝)
Teen FictionAmbivalen, bercabang dua yang keduanya saling bertentangan. Perasaan mencintai dan membenci di saat yang bersamaan. ⚠️❗mengandung unsur kekerasan, gak suka langsung skip ae, hidup bawa santai gak usah ribet😗 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧! : ʙᴇʙᴇʀᴀᴘᴀ ɴᴀᴍᴀ ᴍᴇᴍ...