Akhirnya setelah 5 hari Kai tidak di rumah, ia pulang.
dirinya bahkan terlihat membawa beberapa oleh-oleh untuk beberapa orang yang ada di rumah."katanya hiking gunung? kok cuma bawa ransel kecil itu, kak?" tanya Shani
"males bawa berat, jadi semua barang tuh emang udah di kumpulin gitu di tempat ngumpul, ya sekarang mah gak Kai bawa lagi" jawab Kai
"keren gak pemandangan di sana?" tanya Al
"lumayan sih" balas Kai
"lo gak ketemu genderuwo atau mbak kun gitu?"
"kagaklah, yang bener aja adek kalo nanya"
"ah elah, kagak asik lu, kan seru tuh kalo ke gunung ada momen sama mereka"
"udah dek, dari kemarin yang di bahas itu mulu, serem bunda dengernya" sela Shani
"heheh sowwy bundaaa" ucap Al
"yeeee sok gemes lo, udah gak cocok" kata Zee sembari meraup muka Al dengan tangannya
tak lama dari situ, Gracio nampak bergabung, pria itu sepertinya sedang tidak ada kerjaan, terbukti sedari pagi Gracio hanya di rumah saja.
"tumben di rumah?" tanya Kai
"ya terserah Ayah, ini rumah Ayah" jawab Gracio
"iya tau, gak perlu ngomong kayak gitu juga tau" balas Al yang nampak tak suka dengan jawaban ayahnya tadi, dasar haus validasi!.
"bocah diem aja gak usah ikut campur" ucap Gracio
"lo tua juga gila kelakuannya" balas Al sengit
mendengar itu, Gracio mengambil gelas berisi air yang ada di dekatnya dan langsung menyiramkannya ke arah wajah si bungsu, meja makan dan lantai di sana terlihat basah.
Al nampak berdiri ingin membalas, namun gerakannya kalah cepat dengan sang kakak yang sudah lebih dulu menahannya.
"udah berani? iya?! punya kuasa apa kamu hah?!!" teriak Gracio yang marah
"gw emang gak punya kuasa apa-apa! tapi bedanya gw gak brengsek aja, beda sama lo! " balas Al tak sopan
Gracio yang hendak melakukan kekerasan itu sudah lebih dulu di tahan oleh Zee, sedangkan Kai membawa Al keluar dari rumah.
Shani yang melihat itu sedikit bingung, kenapa anak bungsunya itu selalu sensitif bahkan berani melawan ayahnya sendiri.
"liat sendiri kan? itu anak kamu, kelakuannya gak ada yang bener semua, saya itu Ayahnya, pantes dia ngomong lo-gw gitu hah?! didik anak yang pinter dikit! " marah Gracio ke Shani
"terus aja terus" jawab Shani
"terus apa maksut kamu hah?!"
"terus aja salahin akunya, sepuas kamu mas, emang aku gak pernah bener di mata kamu" balas Shani
Rahang Gracio mengeras, bahkan tangannya terangkat ke atas dan sudah siap menampar pipi mulus Shani.
Perempuan di depannya ini sudah memejamkan matanya, namun ia tidak merasakan pipinya tertampar.setelah ia membuka mata, ternyata Zee sedang menahan tangan suaminya.
"jangan pernah pukulin bunda, jadi cowok jangan pengecut" ucap Zee penuh penegasan
"BERHENTI MELAWAN ZEEANDRA! PUNYA TIGA ANAK GAK TAU DIRI, KELAKUAN MIRIP ANJING LIAR SEMUA KALIAN INI!! " emosi Gracio, kenapa semua orang nampak menyebalkan akhir akhir ini?.....
Pria kekar nan angkuh itu terlihat berjalan keluar rumah dan langsung menuju mobilnya.
"keluar mulu pak, kangen di sepong apa gimana??!" teriak Al ketika melihat mobil yang ayahnya kendarai itu sudah mulai melaju
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝)
Teen FictionAmbivalen, bercabang dua yang keduanya saling bertentangan. Perasaan mencintai dan membenci di saat yang bersamaan. ⚠️❗mengandung unsur kekerasan, gak suka langsung skip ae, hidup bawa santai gak usah ribet😗 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧! : ʙᴇʙᴇʀᴀᴘᴀ ɴᴀᴍᴀ ᴍᴇᴍ...