chapter 41

1.3K 170 28
                                    


Lebih dari 3 hari semenjak pulang dari rumah sakit, Al masih terbaring di tempat tidur. Sebenarnya ia bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, bahkan untuk sekedar berangkat ke sekolah.
Namun, bunda yang posesif meminta anaknya itu untuk beristirahat lebih lama, Shani tak mau jika Al kenapa napa dan tidak dalam jangkauannya.

"nih" Zee menyodorkan bungkusan plastik kecil berisi batagor dengan ekstra sambal request dari sang adik

"muehehe mantep nih! thanks ya" senang Al karena kakaknya menuruti kemauan dirinya

tak lama dari situ, pintu kamar yang semula terbuka sedikit terlihat terbuka lebar, bersamaan dengan masuknya seseorang.

"loh kak, itu apa?" selidik bunda saat si anak dengan nikmatnya menyantap makanan dalam plastik itu

"batagor bun" jawab Zee

"lhoo... kok makan batagor, mana itu bumbunya merah banget loh, itu pedes kakak! ayo sini kasih ke bunda, Al makan masakan bunda aja, baru sembuh loh" nampak marah, membuat anak itu melengkungkan bibirnya

"biarin dulu bundaa– sesekali doang kok, adek pasti juga kangen jajanan di sekolah, lagian itu batagor langganan Zee sama Al kok bun, tempatnya bersih" ujar Zee, ia merasa tak tega dengan sang adik.

perkara batagor saja masa harus di larang, rengekan Al dari dua hari yang lalu saat memaksa ingin di belikan batagor masih terekam jelas di ingatannya.

" Al tadi kan udah pinter bun, Al makan nasinya abis, terus gak telat minum obat" matanya melirik piring kosong di atas nakas samping tempat tidur.

Dan benar saja, piring yang biasanya masih tersisa banyak lauk pauk dan nasi itu, sekarang terlihat habis tak tersisa.

"yaudah, karna udah pinter, Al boleh makan batagornya" kata Shani yang pasrah

"yeuuu, bisa aja lu akal akalannya" cicit Zee

oOo

Merasa rindu dengan apa yang selama ini Al lakukan untuk mengisi hari harinya, anak itu diam-diam keluar kamar menuju depan garasi tepat dimana motornya berada.

kesempatan emas karna sang ibunda sedang tak di rumah karena mengantarkan si bungsu imunisasi bersama kakak iparnya.

anak itu terlihat menghidupkan mesin motornya dan menarik gas hingga menimbulkan suara knalpot yang menggema di seluruh penjuru rumah.

srettt!...

dengan tiba-tiba, seseorang menarik Al hingga dirinya hampir terjatuh.

"gak usah kasar!" dengusnya tak terima

"kamu berisik! kamu gak lihat ayah sedang pusing hah!?!" Gracio, pria itu marah sekaligus kesal

"terus kenapa? jadi urusan gw emang?" tantangnya

"dengar ya bapak Gracio yang terhormat, urusan kantor yang membuat pusing itu jangan kau lampiaskan ke rumah!..... sudah beda porsinya!" tambah Al

Ya, memang dari kemarin Gracio mengeluhkan urusan kantornya, perusahaan yang ia bangun itu ada yang menyabotase dan membuat beberapa rahasia perusahaan juga terkuak.

" tapi ayah cuma minta sama Al untuk diam, kamu juga baru sembuh" Gracio sangat frustasi sekali

"yaudah sih, lagian juga gak berpengaruh apa-apa" enteng sekali rupanya menghadapi sang Ayah

𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang