chapter 5

3.1K 219 3
                                    


Gracio tetap saja memaksa Shani untuk masuk ke dalam kamarnya, Shani memberontak.

Namun usahanya seakan sia-sia karena tenaga suaminya itu jauh lebih kuat di banding dirinya.

perlahan namun pasti, Shani berhasil masuk ke dalam kamar, Gracio dengan cepat langsung menutup dan mengunci pintu kamar itu.

berbalik ke arah sang istri yang nampak sudah ketakutan.

"kamu sepertinya merindukan permainan saya" ucap Gracio dengan melangkah mendekati Shani.

Shani berjalan mundur, menghindar dari tubuh suaminya, pergerakannya terhenti ketika sudah tidak ada lagi ruang untuk mundur karena ada kasur.

senyum smirk tercetak jelas di wajah Gracio, entah apa yang akan Gracio lakukan setelah ini.

Gracio semakin dekat, di pegangnya dagu istrinya itu, Shani hanya terpejam karena takut.

tubuh Shani terdorong dan jatuh ke atas kasur, saat ingin bangkit, badan suaminya sudah menimpanya.

Shani hanya bisa pasrah dengan semuanya.

tangan Gracio mulai aktif bergerak dari pangkal hidung dan turun tepat di belahan dada Shani.

meremas dengan keras gundukan itu, Shani di buat meringis sakit karena perbuatan suaminya yang sama sekali tidak mengenal kata lembut.

"awhhss sakithh" rintih Shani

Gracio melonggarkan remasannya, mendekatkan wajahnya ke wajah cantik sang istri dan mulai melumat bibir istrinya dengan rakus.

lumatannya makin mengganas, Shani mencoba mendorong bahu Gracio agar menjauh dari tubuhnya, pasokan oksigennya hampir habis karna mulutnya yang di bungkam oleh mulut pria di atasnya ini.

setelah puas melumat bibir Shani, Gracio sedikit menegakkan badannya, ia lalu mengambil sebungkus rokok dari saku celana pendeknya.

mengambil sebatang gulungan nikotin itu dan menyalakannya, masih dengan posisi mengungkung tubuh istrinya, ia hanya menatap wajah sang istri dengan lekat.

bibirnya perlahan terlihat menghisap sebatang nikotin itu lama, lalu ia melempar asal rokok ke arah lantai, dan berlanjut mendekatkan wajahnya ke arah Shani.

melumat lagi bibir sang istri dengan menghembuskan asap rokok di mulut istrinya itu.

Shani memberontak, suaminya ini memang sudah gila.

setelah lumatan itu terlepas, Shani terbatuk-batuk.

"uhukk uhukk" batuk Shani

"sudah saya katakan dari jauh-jauh hari, jangan campuri urusan saya dengan ketiga binatang itu" ucap Gracio penuh penekanan.

Shani merasa tak Terima, lagi dan lagi, anaknya itu di sebut binatang oleh ayah kandungnya sendiri.

lengan kekar Gracio yang mengungkung tubuhnya itu Shani dorong sekuat tenaga.

"brengsek! jaga mulut kamu ya mas" marah Shani

Gracio menyunggingkan bibirnya, ia melihat ke arah istrinya seakan ingin memangsanya saat itu juga. perangainya bak singa yang kelaparan, merindukan daging segar.

plak!

bunyi nyaring terdengar memenuhi kamar itu, Gracio lagi lagi menggunakan kekerasan fisik, Cio menampar pipi kiri Shani dengan kuat.

tamparan itu membuat Shani terhuyung dan duduk di kasur, padahal awalnya ia sudah di posisi berdiri.

lelaki itu mendekat, menggenggam kedua tangan Shani dan menahannya di atas kepala Shani.

𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang