chapter 55

1.4K 160 5
                                    

maafkan typo!











-


4 bulan semenjak kejutan kehamilan Chika di malam itu, Zee sudah mulai di padatkan dengan kesibukan kuliahnya, juga Kai yang bisa dua kali dalam seminggu pergi keluar kota untuk urusan bisnis perusahaan nya. Bukan ia yang tak sayang sang istri sampai-sampai harus sering meninggalkannya, tapi ini juga demi kebaikan keluarga kecil mereka juga si jabang bayi yang ada di kandungan sang istri. Kai bertekad untuk menjadi kepala keluarga yang bertanggungjawab untuk masa depan sang anak nantinya.

" kamu beneran minum obatnya rutin kan?" tanya dokter Tara. Ya, saat ini Al sedang menjalani kegiatan rutinnya yang sudah ia jalani 6 bulan belakangan ini—dan konsul kali ini adalah untuk mendapatkan obat.

" di minum kok" jawab Al

"kalau kamu bohong, bagaimana? " Pria yang bisa di perkirakan masih berumur 27 tahun itu sedikit tak percaya dengan apa yang di katakan Alden.

" saya minum, walau gak rutin sesuai anjuran" kali ini Al tak mengelak

"kenapa bisa begitu? mau semakin lama untuk sembuh?.... Ya—kalau kamu masih ingin terus-terusan bertemu saya di ruangan ini tiap 2 pekan sekali sih saya tidak masalah, keputusan ada di tangan kamu, bukan? " pria itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya

" bagaimana jika dosis obatnya dokter tambah? saya akan rutin minum dan saya pastikan saya akan sepenuhnya sembuh" jujur saja Al sudah muak— harus berapa kali ia harus ke tempat ini, duduk di hadapan pria berkacamata bak orang gila nan bodoh.

" bagaimana jika kamu saja yang jadi psikiater? kamu akan punya jawaban atas permintaan pasien macam kamu" dokter Tara tersenyum dengan sangat manis, ia melepas kacamatanya dan memberikan obat sesuai apa yang memang sudah menjadi prosedur. Melihat itu, sudah di pastikan bahwa permintaannya di tolak.

"saya permisi" pamit Al yang langsung keluar dari ruangan itu

_

" BANGSATTTT! GW MUAK BERLAGAK SOK WARAS DI HADAPAN SEMUA ORANG!" teriak Al, saat ini ia sedang berada di tempat yang sepi

" kenapa gw selalu halusinasi yang aneh-aneh... kenapa semua yang hadir di kepala berisik gw bukan yang sesuai dengan kenyataan "

"ARRRRGGG BAJINGAN!" kenapa rasanya lara lebih sering singgah di banding tawa?.... Al tak segan untuk membuang bungkusan obat itu ke arah rerumputan di depannya, persetan! ia sudah muak.

Setelah sedikit lega dan berisik di kepalanya perlahan menghilang, Alden kembali menaiki motornya untuk pulang. Ah, lebih tepatnya melajukan motor kesayangannya itu ke tempat biasa ia bertemu dengan seseorang.

______________________________________

Sabtu pagi yang cerah ini, Zee sedang mencuci motor dan mobil yang biasa di gunakan oleh sang bunda saat bepergian, gabut menyerang anak itu membuatnya nampak rajin.

Sedangkan tak jauh dari sana, ada bunda shani, Chika dan juga si bungsu Aigner yang tampak mengobrol ringan mengenai kehamilan dan melahirkan, sesekali bunda juga menyuap sarapan untuk si kecil.

" hiks hiks huaaaaaaa" tangis terdengar dari si bungsu yang baru saja di tinggal berkedip langsung menghilang dari jangkauan sang ibunda.

" maaf ya dek, kakak gak liat adek tadi" Zee merasa bersalah dan langsung mengangkat tubuh kecil sang adik, ia benar-benar tak sengaja menyemprot wajah si bungsu dengan air yang keluar dari selang, karna matanya fokus pada bisa sabun yang ia usap di body mobil—sedangkan tangan kirinya memang sedang memainkan selang, tak tau bahwa di dekat sana ada si Christy.

𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang