Pagi ini di meja makan hanya ada 3 orang saja yang sedang menikmati sarapan. Gracio, Shani dan tentunya si bungsu yang sudah lahap sekali dengan makanan bayinya.
jangan tanya dimana Al dan Zee berada, anak itu bahkan baru saja sampai di rumah sekitar setengah jam yang lalu dari acaranya berburu sarapan di luar.
"pinter banget anak ayah" puji Gracio saat putri kecilnya dengan pandai makan sendiri, walau masih berantakan
uhuk uhuk!
saking bersemangat, bayi itu makan hingga tersedak, sang Ayah dengan cekatan memberikan minum dan juga membersihkan noda bubur bayi yang terlihat berantakan di beberapa sudut bibir
"pelan-pelan cantik, Ayah sama bunda gak minta kok" kata Cio yang mendapat kikikan dari si bayi yang duduk di kursi khusus itu
di tengah-tengah suasana hangat pagi ini, sulung Aigner nampak berjalan menuruni anak tangga dengan sedikit tergesa, penampilan anak itu masih acak-acakan khas orang baru bangun tidur.
"kamu gak ngantor?" tanya bunda melihat sang anak yang berdiri di samping meja makan
"males bun" jawabnya sembari mengambil duduk di salah satu kursi yang masih kosong
tangannya itu dengan cekatan mengambil piring dan juga nasi, bunda Shani yang perhatian juga membantu sang anak mengambil lauk pauk.
"cukup bun" kata Kai
suapan yang di lakukan Kai nampak tak bergairah, dan Shani menyadari hal tersebut–ia sangat khatam dengan si sulung, karna dari ketiga anaknya yang kini telah menginjak dewasa, hanya si sulung yang doyan sekali sarapan, berbeda dengan Zee dan Al yang terbilang cukup jarang sarapan karna setelah sarapan, keduanya pasti mengeluh mulas.
" Chika belum beres, nak?" Cio bertanya dari kursi sebrang
pria tua itu sedikit bingung karna Kai tak turun bersama sang istri, biasanya pasangan itu terlihat begitu mesra dimanapun.
ceklek!...
rasanya mulut Gracio belum sepenuhnya tertutup saat bertanya hal tersebut, Namun pintu kamar tamu yang terletak di antara ruang tengah tepat di sebelah tangga itu terbuka dan seorang perempuan keluar dari sana.
"loh chika? kamu baru bangun?" tanya Bunda yang bingung
"iya bundaa" jawab sang menantu, Chika lalu berjalan mendekat ke arah meja makan, sedikit menyisir rambut panjangnya itu dengan jarinya
" kalo tanya kenapa chika dari kamar tamu, semalam kita memang pisah ranjang dan kamar" sesaat setelah meneguk air, Kai bersuara di tempat duduknya
"kak? gak boleh suami istri pisah ranjang gitu, bahkan ini pisah kamar loh–terus kamu kok tega biarin istri kamu tidur di kamar tamu?" suasana yang semula terlihat harmonis, berganti dengan suasana penuh tekanan
"Kai berantem sama Chika" muak sekali, sudah tak peduli jika orang rumah tau tentang urusan rumah tangganya, yang Kai rasakan saat ini hanyalah perasaan tak pantas.
" kenapa sih hm? kalian berantem kenapa?" Shani bertanya pada sang menantu yang sedari tadi terlihat murung, bahkan ia sadar jika mata Chika sembab
"nanti mungkin biar Chika sama Kai yang jelasin bun... dari semalam Kai gak bisa di ajak ngobrol kepala dingin" final Chika
Skip!....
di sinilah mereka berada, Chika baru saja turun ke lantai 1 setelah ia mandi dan membersihkan diri, perempuan cantik itu terlihat lebih segar.
"coba sini menantu ayah yang cantik buat jelasin duduk perkaranya gimana? biar sama-sama enak" ucap Cio
Chika melirik sang suami yang hanya duduk tanpa berniat membuka mulut, entah mungkin suaminya itu malas atau memang malu karna sumber masalah ini timbul karena dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝)
Teen FictionAmbivalen, bercabang dua yang keduanya saling bertentangan. Perasaan mencintai dan membenci di saat yang bersamaan. ⚠️❗mengandung unsur kekerasan, gak suka langsung skip ae, hidup bawa santai gak usah ribet😗 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧! : ʙᴇʙᴇʀᴀᴘᴀ ɴᴀᴍᴀ ᴍᴇᴍ...