chapter 14

2.6K 224 9
                                    


Seperti yang sudah di katakan anak tengahnya semalam, Shani sekarang sedang menyiapkan sarapan juga kotak bekal untuk di bawa Zee ke sekolah.

ketiga anaknya terlihat menuruni anak tangga dengan pakaian yang sudah rapi, tak lupa tas ransel yang sudah melekat di punggung mereka bertiga.

"morning bundaaa" ucap Kai, Zee dan juga Al

"morning juga anak-anak bunda" jawab Shani yang sedikit menjeda kegiatannya, wajahnya menelisik dari ujung rambut hingga ujung kaki ketiga anaknya, mewanti wanti jika saja sang anak lalai memakai aksesoris seragamnya.

Kai dan Al langsung saja duduk di kursi meja makan, berbeda dengan Zee yang nampak mulai ngerecokin sang bunda.

"malah di cemilin, makan sama nasi kan bisa lebih kenyang" kata Shani melihat Zee mencomot nugget kesukaannya

"Zee mau langsung berangkat bundaa" ucap Zee membuat Shani menoleh ke arah sang anak

"masih pagi kak, sempetin sarapan dulu, itu bekalnya buat agak siang nanti"

"enggak ah, Zee mau jemput seseorang" jawab Zee sembari menaik turunkan alisnya

cup! cup!

Zee mencium kedua pipi sang bunda, mulai membuka resleting tasnya dan memasukkan 2 kotak bekal di sana.

setelah salim kepada bunda nya, Zee mulai berjalan.

"gw berangkat duluan ye, makan yang pinter adik kecil" ucap Zee sembari mengacak acak rambut Al

"gak usah rese!" kesal Al

Kai yang melihat adik pertamanya yang begitu iseng itu hanya tersenyum.

Tak lama, sang Ayah nampak bergabung, lelaki itu nampak kerepotan dengan dasinya.

"sayang, tolong pasangkan ini" ujar Gracio

Shani yang memang baru saja meletakkan semua lauk dan nasi di meja mendekat ke arah sang suami.

mulai merangkai dasi kerja suaminya itu, ini memang sudah menjadi kebiasaannya dari dulu, Gracio memang tidak bisa diandalkan untuk urusan memasang dasi.

setelah selesai, ke empat nya kini dengan khidmat menyantap sarapan paginya, dengan Al yang berceloteh tentang motor.

__

berbeda dengan Zee, saat ini dirinya sudah berada di depan gerbang rumah seseorang.

dirinya nampak ragu, rasanya ingin putar balik saja, namun ketika ia sudah mulai membelokkan motornya.
Seseorang memanggilnya dan membuat dirinya terperanjat kaget.

"loh nak Zee, kok malah di luar" ucap seorang pria

"eh, pagi om" ucap Zee sopan, sedikit membungkukkan badannya kikuk

"masuk aja sini, mau jemput Marsha ya?" tanya om Frans, yang tak lain adalah papanya Marsha

Zee membawa masuk motornya ke dalam pekarangan rumah itu, ia lalu turun dan membuka helmnya.

"duduk dulu aja, Marsha-nya tadi masih pake sepatu" ucap om Frans

"ah iya om" jawab Zee mengangguk kikuk

terlihat seorang gadis keluar dari pintu utama rumahnya, masih sibuk dengan tasnya, Marsha sepertinya belum menyadari kehadiran Zee di sini.

"udah semua kan sayang? tuh udah di tungguin tuh" kata sang Papa

membuat fokus Marsha teralihkan ke arah sang papa yang sedang duduk di kursi yang ada di teras rumahnya.

Marsha melotot ketika mendapati Zee sudah nangkring di rumahnya sepagi ini.

𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang