Chapter 44

1.4K 153 10
                                    

Kondisi Al semakin hari semakin membaik, walau di beberapa kesempatan ia harus rutin cek kesehatan ke rumah sakit, anak itu juga menjadi anak yang penurut sekaligus menjadi anak yang lebih pendiam–tak lagi banyak berulah dan jail.

untuk kasus Bian, kakak kelas dari Al itu sudah di beri hukuman jera oleh Gracio Aigner, ayah 4 anak itu tak main-main, ia bahkan membayar kepolisian untuk menutup mulut, Bian dan beberapa temannya yang terlibat telah di buat lumpuh permanen oleh Cio. Tak sulit baginya untuk melakukan hal kejam bahkan yang berdampak besar bagi masa depan anak-anak itu.

yang ia lakukan, hanya satu dari ribuan bentuk cara Gracio untuk menebus kesalahannya pada sang anak di masa lalu.

_

Ashel, gadis yang akhir-akhir ini tak absen di beri perlindungan oleh temannya itu sekarang sangat dekat dengan Al, selalu menemani anak itu berdiam diri di kelas, makan di kantin, mengobrol ringan di taman sekolah dan juga menemani Al di perpustakaan dengan hobi menggambarya itu–Ashel sekarang sadar, segala bentuk sikap yang dimiliki oleh Al, itu adalah cara Al melindungi orang-orang di sekitarnya, dan anak itu selalu punya cara tersendiri untuk itu.

" hari ini... aku gambar kamu" ucap Al sedikit lirih, takut jika suaranya mengganggu karena mereka sedang berada di dalam perpustakaan

"bagus, terimakasih ya" ucap Ashel dengan tulus, mungkin sekarang hobi gadis itu adalah menemani Al menggambar, atau sekedar memandang wajah samping anak ketiga Aigner itu dari jarak dekat, sebuah candu tersendiri.

"bukan gambaran aku yang bagus, tapi karna kamu cantik" bahkan di akhir kalimat, Al terkikik gemas dengan sendirinya, membuat gadis di sampingnya bersemu malu

"haha bisa aja, sekarang anak bunda ini pinter gombal, ya? "

"mana ada, aku serius!"

Al lalu mengajak Ashel untuk keluar, sekedar ingin bebas mengobrol karna jika di perpustakaan akan sedikit menyulitkan. Bahkan anak itu mengutarakan keinginannya untuk pergi sore nanti, Al ingin mengajak Ashel keliling kota dengan motor kesayangannya yang sudah di perbaiki bahkan sudah di modif perintilan mahal yang ia minta dari sang Ayah.

"emangnya di bolehin sama bunda? kamu kan baru aja bisa sekolah" Ashel sedikit khawatir dengan keadaan Al

"nanti aku izin sama bunda, do'ain biar bisa di ijinin, ya? abis itu aku jemput kamu" begitu semangat saat mengatakan hal tersebut

"amin, semoga dapet izin dari bunda" jawab Ashel






Skip!......

Sepulang sekolah, Al sudah melancarkan aksinya untuk mendapatkan izin dari sang ibunda, semakin sulit baginya mendapat izin keluar apalagi setelah ia sakit.

"pleasee, kan Al perginya sama Ashel" Al terus saja merengek, bahkan tak segan anak itu duduk dan berguling di lantai saat Shani sibuk menata menu untuk makan siang.

"kakak Al, jangan kayak gitu, itu adeknya ngikut-ngikut loh, lantainya kotor!" peringat bunda, tingkah Al bahkan diikuti oleh si bungsu Christy yang sekarang sedang dalam mode aktif, bayi itu bahkan tak segan merangkak kesana kemari, mengelilingi area dapur dan meja makan.

"astaga! adeknya kotor semua ini, kakak Al ayo berdiri" titah Shani sedikit melebarkan matanya ke arah Alden

"tapi bunda gak izinin Al keluar huaaaa, Al cuma pergi sebentar–nanti jam 7 sudah di rumah" anak itu bahkan mendengus kesal

"yaudah iya, kakak boleh pergi sama Ashel, janji sama bunda jangan aneh-aneh, jangan sampe kecapekan juga, nanti bunda telfon Ashel minta tolong jagain kamu" bunda bersabda, dan itu membuat Al senang bukan main

𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang