Hari ini di Villa mewah, nampak Shani dan ketiga anaknya yang sedang mengobrol santai sembari di temani makanan ringan.
"kalo Kai berhenti kuliah aja gimana bun? " ucap Kai tiba-tiba
penuturan dari si sulung itu mendapat perhatian dari ketiga orang lainnya, mereka bingung dengan apa yang di ucapkan Kai barusan.
"kakak kenapa?" tanya sang Bunda
"Kai rasa, Kai perlu buat fokus nyari uang aja, kita gak bisa terus-terusan kayak gini kan? sedangkan kuliah juga butuh uang, kan mending berhenti dan fokus kerja buat ngehidupin semuanya" jelas Kai
"gw gak setuju" ucap Zee tiba-tiba
"bener kata adek kamu kak, bunda juga gak setuju, bunda juga masih bisa kerja" ucap Shani
"bunda ngomong apa? jangan egois bun, biarin Kai aja yang kerja ini itu dan ngebiayai kita semua disini, Kai bisa kok" balas Kai
"bunda masih bisa kak kalo cuma kerja, dan bunda gak setuju kalo kamu berhenti kuliah"
"heh tolol, kerja tuh juga butuh ilmu, lo belum sarjana, kan lebih mudah lo udah lulus sarjana terus nyari kerja" kata Zee
"serah deh" ucap Kai yang lalu pergi dari sana.
panggilan dari sang bunda bahkan tak ia gubris, Kai terlihat mengendarai mobilnya dan melajukannya.
"udah mulai egois dan semaunya sendiri tuh bocah" ucap Al
"huss, adek gak boleh gitu" terus Shani
"abisnya bun, kok ya bego banget tiba-tiba mau berhenti kuliah" jawab Al
Malam harinya, Shani yang tengah sibuk mempersiapkan makan malam merasa pusing.
dan saat ia berjalan membawa piring, piring itu jatuh bersamaan dengan tubuh Shani yang nampak lamas.
prangggg!
suara pecahan itu terdengar di pendengaran Zee dan juga Al, keduanya berlari guna mengecek apa yang terjadi.
"bundaa!" teriak keduanya melihat sang bunda bersimpuh dan memegang kepalanya
"bunda kenapa bun?" tanya Al khawatir
"bunda gapapa kok dek, tadi tiba-tiba bunda pusing aja, sakit banget kepala bunda" jawab Shani
"udah bunda duduk aja, ini biar kita yang beresin"
"iya bun, abis ini langsung makan terus bunda kita anter ke kamar"
ketiganya lalu makan, tatapan penuh kekhawatiran jelas tercetak di wajah Zee dan juga Al, ia tak ingin bundanya sakit, bundanya itu harus sehat.
dan setelah makan malam selesai, Al membantu sang bunda untuk naik ke lantai atas agar sang bunda bisa langsung beristirahat, sedangkan Zee mengambil alih untuk membereskan dapur juga meja makan.
"udah belum? " tanya Al yang sudah kembali
"udah kok, udah beres" jawab Zee
tak lama, Kai nampak baru saja memasuki rumah.
"abis dari mana sih lo, bunda sakit malah keluyuran aja" sentak Al
"gw gak keluyuran" jawab Kai dingin
"bunda sakit tolol, lo mana tau, bisanya cuma pergi tanpa pamit mulu, gak tau diri banget" kata Al
Kai mendekat ke arah adiknya itu, dan malah mencekik leher si adik.
"weh weh weh, kalem aja dong, gak usah kayak gitu" ucap Zee memisahkan keduanya
"berhenti berbicara jika gak tau apa-apa!" ucap Kai menekankan setiap kata-katanya
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝)
Teen FictionAmbivalen, bercabang dua yang keduanya saling bertentangan. Perasaan mencintai dan membenci di saat yang bersamaan. ⚠️❗mengandung unsur kekerasan, gak suka langsung skip ae, hidup bawa santai gak usah ribet😗 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧! : ʙᴇʙᴇʀᴀᴘᴀ ɴᴀᴍᴀ ᴍᴇᴍ...