Pagi ini, Zee dan Kai baru saja bangun dari tidurnya, melihat ke arah Al yang nampak masih terlelap tidur, mata si bungsu itu terlihat sedikit bengkak walau dalam keadaan merem, mungkin saja Al menangis semalaman.
Zee yang berniat membangunkan adiknya itu di hentikan oleh sang kakak.
"jangan dulu" ucap Kai sembari menahan tangan Zee
keduanya beranjak dan keluar dari kamar, menuju ke halaman depan villa.
Ya, di villa, ketiganya memutuskan untuk menginap dan tidur di villa yang sudah mereka beli.
flashback on
Al yang duduk di tengah-tengah antara sang kakak hanya diam dan enggan membuka mulutnya.
Kai paham dengan perasaan sang adik sekarang, bahkan dirinya pun juga merasakan hal itu.
"yuk pulang" ucap Kai sembari berdiri
"Al gak mau pulang" jawab Al dengan nada dingin
Kai menoleh ke arah sang adik yang masih diam duduk di tempatnya tadi, ia lalu sedikit berjongkok untuk menyamakan tubuhnya dengan tubuh sang adik.
"kita pulang ke villa, buat tenangin perasaan adek dulu, ya?" ucap Kai dengan perlahan mengusap kedua lutut Al
Al terlihat mengangguk walau lirih, Zee kemudian ikut bangkit dan menarik tangan Al agar adiknya itu berdiri.
ketiganya lalu mengambil kendaraan mereka masing-masing dan melakukan perjalanan menuju villa.
Flashback Off
di halaman villa itu, Zee dan Kai hanya berjalan jalan tanpa menggunakan alas kaki apapun.
"mau sarapan apa?" tanya Zee
"adek maunya makan apa? nanti gw beliin" jawab Kai
"eum pengen nasi kuning deh, biasanya nasi kuning yang di jual pagi-pagi tuh enak" balas Zee
"okey, entar gw coba nyari"
"emang ada yang jual begituan disini? ini jauh dari orang-orang jualan tempatnya tuh"
"ada kok, 15 menit dari sini bahkan udah ada pasar" jawab Kai
"gw ambil jaket ama kunci motor lo dulu, abis ini biar gw yang cari sarapan" kata Kai yang melangkah pergi masuk ke dalam villa
beberapa saat kemudian, nampak Kai yang sudah terlihat segar, mungkin Kai selesai mencuci muka, dirinya juga nampak sudah memakai jaketnya dan berjalan menuju ke arah motor Zee.
"gw pergi dulu ya, adek siapin piring" ucap Kai yang mulai melakukan motornya
sepeninggal sang kakak, Zee masuk ke dalam rumah dan menuju dapur, ia menyiapkan piring yang masih tersusun di lemari dapur dan ia tata rapi di meja makan.
sebelum itu, Zee juga sempat mengelap beberapa piring, sendok dan juga gelas.
beberapa menit kemudian, Zee terlihat duduk santai di barstool sambil menikmati kopi yang baru saja ia seduh.
nampak Al yang baru saja terbangun, si bungsu itu nampak berjalan sempoyongan sembari mengucek matanya.
"mau kopi?" tawar Zee kepada sang adik
Al nampak diam dan malah berjalan ke arah kulkas untuk mengambil air putih.
Zee yang di cuekin itu nampak menghela nafas panjangnya, tidak ada kata marah dan kesal pada Zee saat ini, karena ia tahu kondisi sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝)
Teen FictionAmbivalen, bercabang dua yang keduanya saling bertentangan. Perasaan mencintai dan membenci di saat yang bersamaan. ⚠️❗mengandung unsur kekerasan, gak suka langsung skip ae, hidup bawa santai gak usah ribet😗 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧! : ʙᴇʙᴇʀᴀᴘᴀ ɴᴀᴍᴀ ᴍᴇᴍ...