abaikan typo!
-
piringan hitam yang berputar mengalunkan lagu yang akhir-akhir ini Al dengarkan, terlihat tenang dan damai saat lagu itu perlahan terdengar di indra pendengar Alden.
" dapet darimana?" Kai mengambil duduk di sebelah sang adik
" lo tau? " Al menoleh, tak perlu mengelak dan berpura-pura bak orang bodoh untuk mengerti maksud dari kakak tertuanya, ia paham dan sangat paham jika saja hal yang selama ini ia simpan rapat-rapat di ketahui oleh keluarganya
" hampir setahun gw nyentuh begituan dek, gw gak buta sama apa yang terjadi sama lo akhir-akhir ini" pelan namun pasti, Kai memilih untuk berbicara dengan kepala dingin
" berhenti sebelum semuanya terlambat, ya?..... gw bakal bantu" tambahnya meyakinkan
" obat dari dokter Tara bikin gw halusinasi kak, gw gak tau mau bawa lari kemana" jujur saja Al bingung setengah mati, segala hobi dan kegiatan bahkan sudah ia lakukan untuk mempersibuk dirinya, membiarkan otak dan tubuhnya bekerja keras hingga di titik penghabisan sampai tak ada waktu untuk merasakan bayangan sakit yang terus hinggap di kepalanya—tapi semua itu masih saja berakhir sia-sia.
" deket sama Tuhan yuk, dek... kita banyakin ibadah dan doa" Kai memegang tangan kiri Alden.
...
" kak " panggil Al yang membuat Kai menatap sang adik
"Al pengen ada waktu buat ngobrol sama Ayah, bunda, Zee dan juga lo—kalau suatu hari gw minta, lo mau kan? " mendengar itu membuat Kai mengangguk pelan, ia tersenyum dan memeluk erat tubuh yang baru ia sadari mulai kurus itu
ternyata ini, Al hanya ingin punya waktu bersama orang-orang di sekitarnya.
_
Pagi harinya Alden sudah terbangun dan bergegas dengan motor kesayangannya, ini hari libur—bahkan anggota keluarganya pun masih terlihat sibuk menyelami alam mimpinya.
" masih pagi banget Al, lo mau ngomongin apa? " seorang gadis nampak bingung melihat temannya yang sedari tadi hanya diam
Semalam, Al mengirimkan pesan untuknya agar bersiap di pagi-pagi buta seperti saat ini, tibalah hari ini. Ashel bersama Al sedang berada di sebuah skatepark yang seperti sudah lama tak di gunakan, belum lagi hawa dingin pagi yang masih begitu terasa—membuat suasana seakan berbeda.
" kalo seumpama gw jujur sama lo, apa lo bakal pergi dari hidup gw? " Al berdiri tepat di depan sang gadis yang duduk di lantai semen
"lo ngomong apa sih?!" Ashel sudah kelewat kesal dengan seseorang di depannya, baginya—Al terlalu bertele-tele
" obat dari dokter Tara gak pernah gw minum Shel, gw selalu buang obat itu setiap pulang konsul pertemuan" dengan satu kali tarikan nafas, Al mengucapkan apa yang memang seharusnya ia utarakan pada temannya
" gw sekarang jadi pecandu narkoba " belum sempat Ashel menelan kalimat Al tentang obat, keningnya terasa pening saat beberapa kalimat kembali terucap dari bibir Al yang bergetar
" pengecut! " gadis itu berdiri dan mendorong tubuh Al dengan kasar, Al hanya mampu berlutut dengan menundukkan kepalanya.
" iya Shel, gw emang pengecut! gw bajingan yang sama sekali gak berguna dan gak di inginkan oleh siapapun... lo tau?! jadi gw itu sakit" tangisnya menjadi jadi
" Al, tolong berdiri" gadis itu juga sudah berurai air mata, ia masih sering memantau Al, bahkan dari perkembangan Al lewat dokter Tara yang hasilnya memang tak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝)
Teen FictionAmbivalen, bercabang dua yang keduanya saling bertentangan. Perasaan mencintai dan membenci di saat yang bersamaan. ⚠️❗mengandung unsur kekerasan, gak suka langsung skip ae, hidup bawa santai gak usah ribet😗 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧! : ʙᴇʙᴇʀᴀᴘᴀ ɴᴀᴍᴀ ᴍᴇᴍ...