chapter 62 (Last chapter)

1.8K 166 24
                                    

!! maafkan typo

-

Merintih penuh sesak berkali-kali harus di telan oleh suara malam. Sunyi bukan berarti sepi, mungkin begitu suasana yang menggambarkan keadaan malam ini.

tubuh seseorang yang sedari tadi di benturkan dengan paksa mulai mengeluarkan banyak darah dan luka, genangan berwarna merah sepertinya tak lagi menjadi pesakitan yang mendominasi dalam tubuhnya. Kelak, ketika tubuh itu terbunuh dengan cara terkeji-pun, rasanya hanya akan menggelitik.

baru kali ini pancaran netra mata penuh rasa lelah, kecewa dan guratan rasa marah berhasil menembus nuraninya, batinnya berperang- iblis itu tetap saja ingin mengambil alih tubuh itu se utuhnya. Entah, Al tak tau kenapa dirinya seperti ini, apakah dirinya berkepribadian ganda?....

" kau tak layak hidup, bajingan" ucap seseorang yang mengenal dekat dirinya, bahkan satu darah dengannya.

Kala itu, Zee meninggalkan dirinya yang bersikap seolah orang gila dengan kalimat pamit yang berhasil menggores hatinya. Apakah ini jalannya menuju tobat?

"maaf"

"maaf" berkali-kali kata itu terucap dari bibirnya yang mulai membiru, darah di sekitar garis bibir yang sudah mengering- mungkin tak begitu menjadi perasa bak besi yang bercampur liurnya.

"dasar tak berguna" ucapnya dengan menampar pipinya, katakanlah jika iblis berwujud manusia bernama Alden sandykala adalah bajingan cengeng.

Hidup dengan rasa bersalah sungguh menyiksa dirinya, bajingan itu lelah. langit dengan kilat di atas kepalanya bak menjelma menjadi cermin. Seperti portal untuk Al melihat dirinya saat kecil dulu.
Kala itu, Alden kecil tak begitu bergairah untuk hidup, Al kecil yang malang- selalu mempertanyakan kenapa dunia tak memberinya papan peringatan, ia ingin putar balik dan meninggalkan kehidupannya.

Seseorang, tolong peluk Al.....
anak itu perlu di manja, anak itu perlu di beritahu mana yang jahat dan mana yang baik. Kala itu- bunda tak mempunyai banyak waktu untuk memeluk tubuhnya yang penuh luka akibat ayahnya yang kesetanan, karna bunda juga sibuk menahan perih dari luka yang sama-sama tercipta dari Ayah.

Tangan ahli dalam hal melukis itu nyatanya tak mampu bekerja untuk merancang takdir dirinya.

Tuhan, dimana letak adil?

Tuhan, dimana letak bahagia?

ciptaanmu sudah lama mati.

_

warasnya sudah lama terabaikan, jika saja ada buku tentang cara merawat waras, mungkin Al akan memborongnya.

beberapa tahun belakangan ini- banyak hal yang terjadi, mungkin manusia lain tak tau tentang kematian Oscar karna overdosis obat-obatan terlarang, atau Elang yang mengundurkan diri sebagai pekerja kepercayaan Ayah untuk menikah dan fokus dalam hidupnya. Na'as, beberapa bulan setelah pernikahan itu terjadi, Elang terkena stroke yang membuat dirinya lumpuh dengan bibirnya yang miring.

haha, duplikat kekejaman sang Ayah sudah hilang dan menerima karmanya.

Ah!... baru Al ingat, apakah ini yang di sebut sial?

tapi sepertinya tidak sebegininya, Al pernah mendengar dari teman sekolahnya yang kehilangan uang saku saat di perjalanan, atau... seseorang yang ketinggalan jadwal kereta? atau mungkin seseorang yang kehilangan dompet beserta foto mantan terindahnya? entahlah.... sebagian orang mungkin "sial" tak selamanya mampir. Tapi, kenapa setiap hari di hidup Al bisa di katakan sial?.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 (𝐞𝐧𝐝) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang