Act 4

29.6K 2.6K 332
                                    

Kasa Cantik
Bisa tolongin gue nggak?

Kasa Cantik
Titip ibuprofen. Gue nggak sanggup ke apotek

Sabrina menghela napas usai membalas pesan Kasa dengan satu kata oke. Perjalanan menuju apartemen Kasa tidak mudah. Satu jam perjalanan sudah pasti. Belum lagi cobaan macet yang bikin kakinya kram karena terus-terusan menginjak rem.

Duh, membayangkannya saja sudah membuat Sabrina stress.

Pun begitu, dia tetap melajukan mobil menuju apartemen Kasa selepas pulang kantor. Dipikir-pikir, hari ini begitu gila. Lebih gila dari macet yang sekarang sedang menjebaknya.

Sabrina tidak pernah mengira jika akan ada hari di mana Naka bangkit dari kubur—baiklah, kata bangkit dari kubur mungkin terlalu dramatis. Tapi tetap, Sabrina tidak pernah siap dengan kembalinya Naka. Belum lagi kehadiran Ravelio yang tiba-tiba menjadi kekasihnya. Ini sinting. Sabrina tau itu dan mengingat semuanya membuat Sabrina ingin membenturkan kepalanya pada kemudi.

Untung tidak sampai terealisasi karena kewarasannya masih terjaga.

Sabrina berhasil tiba di apartemen Kasa menjelang setengah tujuh malam. Gadis itu tidak bisa ditemui di ruang tengah, jadi Sabrina menyusulnya ke kamar.

"Misi, Kak. Paketttt." Sabrina sengaja mengetuk pintu kamar untuk membangunkan Kasa. Wajah gadis itu masih pucat. Tersiksa oleh menstural cramp yang tidak pernah ingin Sabrina rasakan. "Ini kalau lo nggak bangun, gue pasti mikir lo udah tewas."

"Menstural cramp is suck, but I am okay. Nggak usah lebay."

"Ya, terserah."

"Mana obat gue?"

Sabrina mengoper bungkusan obat yang untungnya ditangkap Kasa dengan sigap. "You owe me something, Kasalira."

"Bakal gue bayar dengan sesi curhat."

"Dih???"

"Ngaku aja. Lo bersedia jauh-jauh kesini juga sebenarnya karena mau sekalian curhat kan?"

Sabrina menjatuhkan tasnya ke sembarang tempat sebelum dia menduduki kursi putar di meja kerja Kasa. "Life is suck and I am not okay."

"Ketebak," sahut Kasa. "Sejak lo ngeliat Naka kayak ngeliat setan, gue udah punya firasat lo bakal ngereog di apartemen gue."

"Abisnya dia kampret!"

"Kenapa lagi sih?"

"Nggak tau ya. Pokoknya sejak dia balik ke Plan B, gue ngerasa otaknya agak geser. Masa tadi dia nanya gue tidur sama siapa cuma gara-gara ide itu? Like, come on! It's just a freaking idea!!!"

"Hm, terus?"

"Ya, gue tantangin lah. Masalah gitu kalau gue tidur sama cowok? Terus lo tau apa jawaban dia?" Sabrina makin menggebu-gebu cerita.

"Apa?"

"Katanya dia cemburu."

"Then he is indeed jealous."

Respon yang sangat di luar ekspektasi. Sabrina sampai tidak tau lagi harus berkata apa saat mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Kasa.

"Ini Naka. Kita lagi ngomongin Nakala Sadewa. Nggak ada sejarahnya dia naksir sama gue."

"What if he is just about to make history?"

"History bikin gue baper gitu?" balas Sabrina skeptis. "Udah, lupain Naka. Lo tau nggak puncak komedi hari ini apa?"

"Lo ketangkap basah sama Naka pas lagi ngeliatin dia dengan muka mupeng lo?"

"Kok lo tau sih?!"

"Adam cerita."

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang