Act 20

20K 1.3K 36
                                    

Sabrina kaget bukan main ketika seseorang merangkul pundaknya. Orang itu jelas bukan Bara karena cowok itu terlalu bermatabat untuk merangkul seseorang tanpa izin. Ketika Sabrina menoleh, sudah ada Naka di sampingnya. Ikut berfoto.

"Eh, gandengan orang itu. Main rangkul aja." Galang yang paling vokal dalam menyerukan protes.

"Kata siapa? Orang ini cewek gue."

"Cewek apanya? ditembak aja nggak pernah." Sabrina berdecak. Tidak mengerti kenapa mulutnya bisa selempeng itu berbicara di depan orang banyak tentang statusnya dengan Naka. Tapi sumpah, dia betulan sudah lelah digantung terus-terusan. Matanya melirik pada Reska yang sedang menyeringai, "Dia diundang juga?"

"Kok nanya begitu sih, Shabby?" Naka merasa harga dirinya terluka. "Gue dateng karena diundang lah. Masa nyelonong gitu aja."

"Abisnya tampang-tampang lo ini tampang penyusup."

"Shabby apa lagi?" Galang nyeletuk.

"Sabrina baby. That is why I told you, dia cewek gue." Terdengar alay, tapi Naka merasa sebangga itu bisa memberi panggilan sayang untuk Sabrina. Dia tidak tau saja kalau Sabrina merasa geli atas panggilan khas remaja alay yang dia berikan. "Dan cuma gue yang boleh manggil begitu."

"Iya-iya, panggilan sayang emang nggak boleh di-sharing." Galang setuju-setuju saja daripada bacotnya Naka semakin panjang. "By the way, lo nggak berniat menyingkir apa? Sabrina katanya pengen banget foto sama Bara."

"Tau nih ganggu aja." Gadis itu sengaja mendorong Naka menjauh. "Gue mau foto berdua aja."

"Ngapain foto berdua kalau bisa bertiga sama gue?"

"Lo ngerusak pemandangan!"

"Behave dikit jadi orang." Kasa yang datang dari arah belakang langsung menyeret Naka untuk sedikit menjauh dari Sabrina. Dia sudah melihat ribut-ribut ini sejak lima menit yang lalu sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung. Kehadirannya begitu disambut oleh Reska dan Galang. Mereka teman lama.

"Gue foto ya?" ucap Ravel yang mendapat anggukan setuju dari Sabrina. Beberapa kali pose, akhirnya dia berhasil mengabadikan foto Sabrina dan Bara. Gadis itu kelihatan senang dengan hasil foto-fotonya di galeri hape.

"Yang ini cantik." Ravel memuji disertai senyum sementara Naka sudah bete berat melihat kedekatan itu.

"Iya, kayaknya gue mau posting yang ini aja," ucapnya. "Makasih ya Bara!"

"Anytime. Gue cabut dulu ya," pamitnya manis yang diangguki oleh Sabrina.

"Artis kayak dia mana bisa dimiliki." Naka mendesis sewaktu Sabrina berdiri di dekatnya. Cowok ini gampang sekali cemburuan, beda dengan Ravel yang apa-apa selalu menuruti Sabrina tanpa mengencangkan urat leher.

"Cowok kere kayak lo juga nggak bisa dimiliki," cetus Sabrina kepalang jengkel.

"Gue nggak kere!"

"Cuma nggak berduit-berduit amat."

Naka memberengut. Isi kantong Ravel dan Bara memang lebih banyak darinya. "Gue masih sanggup membiayai hidup lo. Kita nggak bakal hidup susah."

"Nggak usah kebanyakan ngomong. Buktiin," desis Sabrina di telinga cowok itu. Senyumnya mengembang dan langsung mengangguk setuju sewaktu Reska mengajak mereka untuk duduk di meja.

Naka sempat bermaksud menarik Sabrina agar gadis itu duduk di sebelahnya tapi Sabrina dengan gesit berkelit dan memilih duduk di sebelah Ravel. Naka terpaksa harus puas dengan posisi duduk mereka yang berhadap-hadapan.

Mereka disuguhi Tequila dan beberapa makanan kecil oleh seorang pelayan. Masing-masing mendapat satu gelas namun Ravel menolak. "Nggak usah, Mas. Saya orange juice aja," ucapnya sopan.

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang