Kedatangannya di Surabaya disambut manis oleh Naka. Cowok itu membawa buket berisi bunga yang terbuat dari lego—aneh sekali. Biasanya cowok-cowok menghadiahi kekasih mereka dengan bunga asli, Naka justru membawa bunga dalam bentuk mainan. Tapi kalau boleh jujur, bunga dari lego yang dibawa Naka cantik. Sabrina suka.
Gadis itu menyeret kopernya mendekat, mendadak salah tingkah ketika Naka merentangkan tangan lebar-lebar. Beberapa pasang mata yang lewat turut memperhatikan tapi bukannya berhenti, Naka justru tersenyum manis. Senyumnya bagai magnet yang membuat Sabrina tanpa sadar menyerahkan diri ke dalam peluknya.
"Selamat datang." Naka mendekap erat. Sabrina tidak sempat merasa sesak sebab indra penciumannya keburu dimanja oleh wangi tubuh Naka. Dia rindu sebetulnya tapi menolak untuk mengakui. Berada di dalam dekap cowok itu aslinya membuat nyaman. "Maafin aku ya."
Sabrina mengangguk. Dia merasa puncak kepalanya dicium oleh Naka sebelum cowok itu mengurai pelukan mereka. "Capek nggak?"
"Ngantuk, aku bangun kepagian."
"Jadi mau balik hotel dulu?" tanya Naka.
"Iya, istirahat bentar."
"Oke." Naka beralih mengamit tangannya. Cowok itu turut menyerahkan buket lego. "Buat kamu. Bunga asli gampang layu, nggak baik juga disimpan kalo udah kering. Jadi aku bikinin lego biar bisa sekalian kamu panjang di kamar."
"Kamu bikin sendiri?" Sabrina agak kaget. Bunganya ada lebih dari lima tangkai dengan daun dan detail-detail yang rumit untuk dirangkai.
"Di KKV adanya yang belum dirakit," jawab Naka. "Gampang juga sih. Aku cuma minta tolong orang florist buat di-wrapping jadi buket."
Sabrina diam-diam tersenyum. Naka mengambil alih koper dari tangannya. Menyeretnya seiring mereka berjalan ke arah parkiran. "Aku rental mobil. Soalnya agak mendung, takut nanti hujan."
"Nggak taksi online aja?"
"Nggak apa-apa, biar nanti kita enak jalan-jalan." Naka membiarkan Sabrina masuk duluan ke mobil. Setelah memindahkan koper ke bagasi baru lah dia menyusul masuk. "Kamu mau cari makan dulu nggak?" tawarnya.
"Aku pengen sate kayak yang kemaren kamu makan tapi bukanya malem ya? Nanti makan siang di hotel aja deh atau gofood."
"Tapi tadi udah sarapan?"
"Udah."
"Good." Naka mengacak rambut Sabrina. Dia melajukan mobil meninggalkan bandara. Hotel tempatnya menginap berada di jantung kota. Setidaknya butuh waktu setengah jam dari bandara Juanda untuk tiba di sana.
"Kapan kamu bikin ini?" Sabrina menunduk untuk mencium wangi samar dari bunga itu. Dia baru sadar kalau ada sedikit jejak wangi Naka melekat di sana.
"Semalam. Aku semprot parfum dikit biar kamu inget aku terus."
"Pede banget."
Naka tersenyum lebar. Dia melirik gadis di sampingnya. Sabrina kelihatan berbeda hari ini. Rambutnya diikat sebagian sementara sisanya dibiarkan tergerai dalam lekuk-lekuk yang cantik. Bagian tengahnya disatukan oleh pita yang menjuntai panjang di belakang—mempermanis tampilannya hari itu.
"Kenapa ngeliatin?"
"Kamu cantik. Biasanya juga cantik sih tapi hari ini keliatan beda. Lebih manis."
Bibir Sabrina mengerucut tersipu. "Aku lagi mode cewek peri. Males marah-marah soalnya."
Naka terkekeh. Dia membawa tangan Sabrina ke pangkuannya untuk digenggam. "Nanti kontak kamu di hape aku ganti aja deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agency [END]
Ficción GeneralSabrina sama Naka itu musuh abadi, orang satu kantor juga tau seberapa parah mereka saling membenci. Tapi siapa yang menduga kalau di balik rasa benci itu, Sabrina justru jatuh hati pada Naka? Di hari terakhir Naka bekerja di Plan B, Sabrina tanpa p...