Act 14

21.6K 1.8K 137
                                    

Semingguan ini, selalu ada coklat di laci meja Sabrina lengkap dengan selembar sticky notes warna-warni yang dalam sekali lirik, Sabrina tau betul siapa pengirimnya.

Sudah jelas dari Naka.

Sebab, cuma cowok itu yang tulisan tangannya acak-acakan. Untung masih bisa kebaca.

Mana isi tulisannya template banget. Shabby maaf Day 1, Shabby maaf Day 2, Shabby maaf Day 3—sampai hari hari ini pun isinya tetap seperti itu. Ini Sabrina curiga kalau dia mogok ngomong ke Naka sampai satu bulan penuh, jangan-jangan cowok itu bakal mengiriminya pesan serupa sebanyak 30 kali.

Sinting.

Padahal dulu waktu mereka masih satu tim, Naka yang paling berisik kalau soal mengomentari copy yang Sabrina buat. Seolah-olah dia yang paling tau. Seolah-olah dia yang paling jago soal copywriting—tapi memang iya sih. Walaupun fokus kerjaan Naka lebih ke visualisasi tapi pengetahuan cowok itu tentang ilmu copywriting nggak bisa dianggap remeh. Naka tuh... apa ya?

Semacam all rounder kalau di Plan B. Dia serba bisa. Makanya waktu dia resign, Bang Tama ngerasa kehilangan banget.

Tapi bodo amat dengan Naka yang all rounder. Sabrina lagi tidak ingin membahas tentang cowok itu. Tidak setelah apa yang terjadi di Sushi Tei dan syuting konten kemarin.

Coklat pemberian cowok itu pun kembali berakhir di meja kerja Adam.

"COKLAT LAGI?"

"Iya, buat lo aja. Gue nggak mood."

"DARI KEMAREN BUAT GUE MULU PERASAAN?!"

"Katanya lo suka coklat. Jadi daripada kebuang mending buat lo aja."

Ini namanya senjata makan tuan. Adam mendadak menyesal sudah bohong ke Sabrina. Kebohongan itu bermula sejak Sabrina bilang dia suka coklat jadinya Adam selalu nyetok Silver Queen di kulkasnya. Tapi karena nggak mau ketahuan naksir dan menimbulkan rasa curiga dari cewek itu, akhirnya Adam bilang kalau dia sengaja nyetok karena dia suka coklat. Padahal mah bohong banget shay!

Ya, sebenarnya nggak bohong-bohong amat sih. Adam suka kok coklat tapi nggak segila itu juga. Masalahnya, ini sudah hari ke tujuh dia mendapat hibahan coklat dari Sabrina. Kan nggak mungkin kalau nggak dimakan? Nanti kebohongannya terbongkar. Tapi mau dimakan juga rasanya Adam udah enek banget.

"Kasih Bella aja tuh. Sekali-kali lo bagi ke orang lain," suruhnya.

"Sori, gue lagi diet demi body yang semlehoy."

"Badan lo tuh udah sekecil kelingking gue, Bel. Apalagi yang mau didietin?"

"Jempol kaki gue masih gendut."

"Astaga..." Adam geleng-geleng kepala.

"Nggak mau dia. Udah lah buat lo aja, kan lumayan tuh dapet gratisan. Jadi nggak perlu nyetok lagi di kulkas," ucap Sabrina.

"Lo kan juga suka. Biasa juga nyolong punya gue di kulkas."

"Ogah, yang ini dari Naka. Nanti gue kena pelet."

"Terus lo mau mengorbankan gue gitu?" Adam mendelik sementara Sabrina pura-pura tidak mendengar rengekannya. Dia terpaksa pasrah saat gadis itu memasukkan sebatang coklat ke saku bajunya. Tapi begitu Sabrina lengah, Adam buru-buru mengirim sejumlah chat ke Naka.

Adam
Oy

Adam
P
P
P
P

Naka
Yang sopan

Adam
Besok-besok nggak usah ngasih coklat lagi

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang