Act 15

23.9K 1.8K 172
                                    

"Morning."

Sabrina ingin mengutuk semesta ketika paginya justru dihadapkan dengan Melvin. Cowok itu tersenyum lebar, menyapanya sembari memastikan pintu lift tetap terbuka lebar sebelum dia berhasil masuk.

"Morning." Sabrina membalas kikuk. Matanya melirik kesana-kemari, mencari topik obrolan yang sekiranya bikin mereka tidak canggung.

Hng, sebenarnya Melvin kelihatan tidak canggung sama sekali. Cowok itu sangat santai. Sabrina saja yang terlanjur malu atas sikap tidak professionalnya selama syuting Sugar Rush. Dia jadi tidak enakkan. Tindakan impulsifnya yang menyiram Naka dengan air bikin proses syuting terpaksa terhenti. Untung Bella dan Sagara bersedia jadi talent pengganti.

"Udah sarapan?" Melvin bertanya dan saat itu pandangan Sabrina jatuh pada kantung plastik berlogo indomaret yang ditenteng cowok itu.

"Udah," angguknya. "Abis dari Indomaret?"

"Gue belum sarapan. Lagi pengen yang praktis jadi mampir Indomaret. Mau Yakult?"

Sabrina tidak berharap mendengar penjelasan sepanjang itu tadinya tapi melihat bagaimana Melvin bercerita dengan antusias dan menawarinya sebotol yakult, bibirnya tersenyum tanpa sadar.

"Yakult banget?" tanya Sabrina. Gadis itu mengulum tawa kecil.

"Bagus buat pencernaan." Melvin menggaruk tengkuknya. "Ah, iya. Lo anaknya kopi banget ya?"

"Nggak juga."

"Jadi mau Yakult?"

"Tanpa soju?"

"Eh?"

"Yakult tanpa soju, kan? Kalau iya, gue mau."

Buat sebagian orang, yakult biasanya dicampur dengan soju.

"Of course!" Melvin berseru tegas. "Gue nggak lagi ngajak lo mabuk," kekehnya. "Ada Sari Roti juga. Mau makan bareng di balkon atas?"

Sabrina mengangguk setuju. Mumpung masih pagi dan belum banyak yang datang, tidak ada salahnya dia ikut ke atas.

Toh, ada beberapa hal mengganjal yang ingin dibahasnya dengan Melvin.

Cowok itu sempat meninggalkannya sendirian di balkon, pamit sebentar untuk menaruh tasnya di meja kerja. Sabrina sempat mengintip lewat pintu kaca, baru Yasa sendiri yang datang. Jadi obrolannya dengan Melvin bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan.

Hampir setahun kerja di Plan B, Sabrina baru sadar kalau balkon lantai lima merupakan tempat yang nyaman untuk nongkrong di pagi hari. Ada ayunan dengan kanopi di sana jadi tidak akan kepanasan. Dia juga bisa melihat banyak hal dari atas sini. Termasuk Naka yang baru tiba di parkiran.

"Sori." Sabrina agak tersentak, kaget oleh kehadiran Melvin. "Gue ngagetin ya?"

"Enggak." Gadis itu menggeleng samar. Agak bohong sedikit. Karena kalau dia jujur, Melvin bisa saja merasa tidak enakkan atau parahnya cowok itu bisa saja sadar kalau dari tadi perhatian Sabrina tersita oleh Naka.

Melvin mengangguk-ngangguk. Cowok itu duduk di dekatnya, di atas ayunan. Sabrina cuma menonton saat Melvin mengobrak-abrik isi plastik belajaannya.

"Mau cheese apa coklat?" tawar cowok itu. Dia membeli dua Sari Roti sandwich.

"Yakult aja."

"Really?" Mata Melvin membulat. "Gue punya dua."

"Yes, yakult aja," sahut Sabrina. "Told you, gue udah sarapan."

"Alright, then." Melvin membuka tutup yakult berbahan aluminium foil lalu memberikannya pada Sabrina.

"So kind of you," puji Sabrina.

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang