Act 22

19.1K 1.1K 61
                                    

Mobil Sabrina rasanya sudah tidak ada gunanya lagi sejak dia berpacaran dengan Naka. Pagi-pagi sekali, Naka sudah menjemputnya. Kadang juga sekalian sarapan bersama. Setiap hari begitu.

"Kamu mau bawa sandwich nggak? Buat ngemil."

"Boleh. Aku mau yang selai kacang ya," pesannya. Sabrina mengemas roti itu sesuai request Naka. Dia juga menambahkan beberapa potong pear dan anggur ke dalam kotak bekal cowok itu. Naka menonton dengan kagum. Tidak tau juga apa yang dia kagumi. Pokoknya segala yang dilakukan Sabrina terlihat menarik di matanya. "Kapan-kapan aku mau dong dibikinin bento ala-ala. Yang makanannya dibentuk kayak karakter kartun atau hewan-hewan gitu."

"Udah tua juga."

"Biarin. Aku mau bikin sirik orang-orang. Kalo ditanya siapa yang bikin, aku bakal bilang ke mereka kalau bekalku dibikinin sama pacarku yang cantik."

"Peres banget. Bento bikinan aku mahal ya."

"Satu morning kiss setiap pagi, cukup nggak?" Naka menjengitkan sebelah alisnya. Dia suka menggoda Sabrina apalagi kalau sampai membuat pipi gadis itu bersemu. "Oke, satu morning kiss ya?"

"Itu sih untung di kamu." Sabrina berdecak. Gadis itu segera mengangkat teleponnya ketika ada panggilan masuk. Dari Adam rupanya. "Kenapa?"

"Lo di mana?"

"Masih di apart."

"Nah, pas banget! Gue nebeng ya? Madona lagi ngambek. Ketemuan di parkiran apa gue samperin ke atas?"

Sabrina langsung melirik Naka. Agak panik sedikit. Dia lupa kalau dia sedang bersama Naka sementara Adam masih belum tau apa-apa tentang hubungan mereka. Mulutnya ini kadang memang tidak tau sikon.

"Apa?" Naka bertanya bingung.

Sabrina menjauhkan ponselnya untuk menjawab cowok itu. "Adam mau nebeng. Aku belum cerita soal kita."

"Iyain aja. Bagasi masih muat buat dia—aduh, sakit loh, Shabby." Naka meringis usai mendapat satu cubitan kecil di perutnya.

"Dipikir Adam barang ditarok di bagasi." Sabrina kembali menempelkan ponselnya ke telinga. "Temuan di parkiran aja. Sepuluh menit lagi gue turun."

Memang sebaik-baiknya menyimpan bangkai pasti bakal ketahuan juga. Adam langsung berkacak pinggang sewaktu dia melihat Sabrina keluar dari lift bersama Naka.

"Ngapain pagi-pagi sama si curut ini?"

"Nggak boleh gitu gue jemput cewek gue?" Naka membalas songong sekali.

"CEWEK DARI MA—ck." Adam hampir ngomel-ngomel kalau dia tidak melihat anggukan Sabrina yang seolah membenarkan ucapan Naka. Oke, sekarang dia paham siapa yang mengirimi gadis itu roti dan kopi berapa hari yang lalu.

Sudah berapa hari tapi Adam tidak diberitahu apa-apa.

"Nanti gue jelasin." Sabrina menggiring Adam sembari berbisik ke cowok itu. "Sori banget belum sempat cerita."

Naka membuka pintu mobil khusus penumpang di bagian depan. Tadinya untuk Sabrina tapi Adam dengan tidak tau diri malah duduk di sana. "Makasih loh buat princess treatmentnya."

"Bukan buat lo ya, monyet. Pindah ke belakang sana!"

"Udah pewe."

"Pindah nggak?"

"Kalo mau nyuruh gue pindah gendong dulu." Adam merentangkan tangan. "Gendong," ulangnya manja.

"Ogah banget." Naka menyerah. Dia membiarkan saja Adam duduk di sana. Daripada dimintai gendong. Naka geli sendiri membayangkannya. Dia berlalu ke kursi penumpang lainnya. Membukanya untuk Sabrina. Tingkahnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat ketika berhadapan dengan gadis itu. "Princess treatment for a princess," ucapnya manis.

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang