Act 11

20.1K 1.9K 391
                                    

Mana nih yang kemarin nanyain update? Ini aku updatenya excited loh jadi tolong diramein ya seng-sengku sekalian 🫶

Kasih bensin, kasih api biar ramee 🔥

*****

Kalau ada satu orang yang bisa bikin Naka pusing tujuh keliling, orang itu sudah pasti Sabrina. Gadis itu boleh jadi selembek yupi yang ditoel dikit langsung mleyot tapi untuk urusan aksi balas dendam, that girl really knows how to play.

Saat kembali ke mejanya, Naka sempat berpapasan dengan Sabrina. Matanya melirik, bertepatan dengan pandangan mereka yang tidak sengaja bertemu. Naka baru saja hendak mengakatan sesuatu tapi urung karena Sabrina hanya melewatinya. Gadis itu justru asik berceloteh dengan Adam yang kalau menurut Naka sih, sengaja ingin membuatnya kesal.

Dan sekarang, dia betulan kesal.

Hampir satu jam tapi Sabrina dan Adam belum juga balik ke meja masing-masing. Makin ke sini, jam semakin merambat menuju tengah hari. Di luar panas tapi sepertinya Naka yang lebih panas. Cowok itu menutup laptopnya, berjalan menghampiri Bella.

"Shabby ke mana, Bel?"

"Ke atas sih tadi. Dipanggil crush-nya."

"Crush—oh, Melvin?" Naka bermuka masam.

"Iya. Lo kenapa deh, Bang? Lecek amat kayak pakaian belum disetrika."

"Nggak apa-apa." Naka membalas pendek. "Kok nggak balik-balik ya dari tadi?"

Bella melirik jam dinding di ruangan mereka. Benar juga, Sabrina dan Adam belum kembali. Padahal sudah hampir satu jam. Gadis itu kembali memandang Naka, kali ini dengan senyum yang bermain di bibirnya. "Lo mau jawaban normal apa jawaban nyebelin?"

Naka berdecak, "apa bedanya?"

"Jawaban nyebelin dari gue, namanya juga ketemu crush. Ngapain cepet-cepet balik?" Bella tersenyum simpul. "Jawaban normalnya, kayaknya sih langsung cabut makan siang sama Bang Adam atau bareng sama anak-anak atas juga." Gadis itu menunjuk jam dinding dengan dagunya. "Tuh, udah mau jam dua belas."

"Nggak ada bedanya." Naka mendengus.

"Sama-sama bikin lo kalang-kabut ya?" ledek Bella. "Makanya kalau suka mah jangan jual mahal. Cewek tuh nggak butuh kulkas dua pintu berjalan. Butuhnya yang sat-set sat-set langsung pelaminan."

"Anak kecil tau apa." Naka mendelik.

"Dih, gini-gini usia gue udah legal ya." Bella membalas jutek. "Lagian orang bego mana sih yang nggak sadar kalau lo jealous? Di konten spall spill kemaren lo kayak orang yang kebakaran jenggot, walaupun aslinya lo nggak punya jenggot ya. Tapi mon maap nih, Bang. Lo ... alay. Sedikit." Bella meringis. "Nggak apa-apa. Masih ketolong kok sama muka ganteng lo. Gue juga ngerti, nggak semua orang bisa mencintai dengan benar. Ada juga yang mencintai dengan alay kayak lo. Afterall, manusia itu punya sifat yang bermacam-macam. Iya, toh?"

"Ya-ya," sahut Naka. Dia melirik jam dinding lagi. Lima menit menuju jam makan siang, Sabrina belum juga menunjukkan tanda-tanda kembali. Jadi yasudah, apa boleh buat?

Mungkin Naka memang harus menjemputnya dari penangkaran buaya.

Begitu sampai di lantai lima, Naka langsung membuka pintu ruang produksi. Semua penghuninya masih ada di sana. Ada Adam juga. Naka mengedarkan pandangan hingga matanya menangkap Sabrina yang sibuk bersembunyi di belakang tubuh Melvin.

Refleks, Naka menghela napas. "Shabby, gue tau lo di belakang Melvin. Nggak usah sembunyi."

"Duileh, posesif amat." Sagara mencibir. "Dah jadi pacar belum tuh?"

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang