Act 42

13.6K 1.5K 42
                                    

Kasa baru kembali dari toilet ketika dia menemukan satu platter sushi di mejanya. Seingatnya, dia tidak memesan apa-apa dari tadi. Jadi wajar saja kalau dia bingung dan menengok kesana-kemari.

"Dari Bella," ucap Naka memberitahu.

Bukan hanya dia rupanya yang diberi sushi tapi Naka dan Sabrina juga. Mendengar namanya disebut, Bella mengangkat kepala hingga pandangannya bertemu dengan Kasa. Gadis itu menunjuk ponselnya dengan raut kikuk tidak enakkan, memberi isyarat pada Kasa untuk mengecek ponselnya sendiri.

Kasa menuruti tanpa banyak berbicara. Ada sebaris pesan berisi permintaan maaf dari Bella. Dia mengaku kalau dia yang membocorkan soal Yaya dan merasa bersalah karena sudah membuat mereka ribut besar. Permintaan maaf itu juga dia sampaikan pada Sabrina, Naka, juga Ravel setelah dia berbicara banyak dengan Reska.

Bella menjelaskan kalau mulanya, dia merasa kasihan dan kesal karena Sabrina seperti tengah dibodohi oleh orang-orang terdekatnya. Rasa kesal itu membuatnya tidak berpikir panjang hingga dia mengeluarkan kata-kata yang terdengar seperti mengadu domba. Setelah mendengar penjelasan dari Reska, Bella baru sadar kalau tidak seharusnya dia bilang Sabrina tengah dibodohi.

Naka, Kasa, dan Ravel memang salah karena menyembunyikan semua ini tapi tidak ada dari mereka yang berniat buruk.

Kasa mengetikkan balasan sebelum dia membawa laptopnya ke ruang meeting. Hari ini mereka akan membahas iklan bumbu dapur instan untuk edisi bulan Ramadhan nanti.

Kasa sudah menyiapkan ide ini sejak tiga hari yang lalu. Brainstorm pun dibuka oleh Bang Tama yang menjelaskan kembali informasi produk dan event yang mendasari iklan tersebut.

"Karena event-nya bulan Ramadhan, gue berharap kita bisa bikin sesuatu yang sifatnya sentimentil atau menyentuh perasaan," ucap Bang Tama. Dia beralih pada Kasa usai berkata demikian. "Kasa mungkin bisa duluan."

"Kebetulan punya gue ada storytelling-nya sih." Kasa membuka deck-nya dan mulai menjelaskan apa yang sudah dia buat. "Ini tentang anak rantau yang nggak bisa berbagi momen sahur bareng keluarganya. Biasanya setiap bulan Ramadhan, ibunya selalu masak makanan kesukaan dia supaya dia semangat bangun sahur. Berhubung Ramadhan kali ini dia jauh dari keluarga, dia jadi rindu sama masakan ibunya. Karena produk yang mau kita iklanin bumbu dapur instan, let's say makanan kesukaan dia ayam gorengsesuatu yang sebenernya sederhana tapi terasa berbeda dan sulit ditemukan di tempat lain karena adanya sentuhan ibu."

"Sentuhan ibu di sini bisa kita alihkan ke resep rahasia yaitu bumbu dapur instan. At the end of the story, dia bakal bikin sendiri ayam goreng pake bumbu dapur ini dan di situ kerinduan akhirnya terobatin." Kasa menyelesaikan penjelasannya dengan percaya diri. "Mungkin itu dulu dari gue."

"Ngomongin soal ibu biasanya emang sentimentil sih. Gue jadi inget jaman gue kuliah dulu. Emang sahur tuh lumayan jadi PR buat anak kostan. Mau cari makan subuh-subuh takut kena begal." Bang Tama tertawa pelan mengingat masa kuliahnya dulu.

"Apalagi kalo akhir bulan. Kerasa banget miskinnya." Naka berkelakar sebelum dia memasuki mode serius. Dia sendiri sudah membuat catatan selama Kasa menjelaskan. "Oke, I want to add some points."

Kasa menegakkan punggungnya untuk menyimak. Berada satu tim dengan Naka membuatnya mau tidak mau berinteraksi lagi dengan cowok itu.

"To make it more dramatic, mungkin bisa ditambahin bagian dia beli makanan di tempat lain tapi rasanya nggak samaini buat ngedukung statement kalau makan sederhana belum tentu terasa sama karena dibuat oleh tangan yang berbeda. Selentingan obrolan dia sama ibunya via telepon juga bisa dimasukin buat nunjukin seberapa dekat dia sama ibunyatapi jangan banyak-banyak. Ambil obrolan yang sekiranya menyentuh hati aja. Kita terikat durasi."

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang