Act 32

12.7K 1.1K 57
                                    

Gia menangis melihat keributan yang disebabkan olehnya. Sabrina dan Kasa sudah berusaha menenangkan tapi Gia tidak kunjung berhenti. Rasa bersalahnya begitu besar. Mentalnya terguncang.

"Gia, kita nggak apa-apa." Naka mencoba berbicara dengannya tapi Gia menggeleng. Perkelahian tadi selesai setelah mereka dilerai oleh petugas keamanan. Naka cuma kena tonjok satu kali sementara Ravel bebas dari luka.

"Anter pulang aja, Dam" suruh Ravel. Dia kasihan melihat Gia begitu.

"Iya, anter pulang aja." Sabrina menyetujui.

"Gue sama yang lain mau urus cctv dulu. Takutnya diambil sama Hendrawan terus dipake buat nuntut kita." Kasa menimpali. "Lo berdua duluan aja."

Adam menurut. Dia membawa Gia keluar dari Silver Crown. Selepas kepergiannya, Kasa gantian melirik Naka dan Sabrina. "Kalian juga duluan aja. Bibirnya Naka berdarah gitu. Cctv bisa gue yang urus."

"Gue yang nemenin. Tenang aja." Ravel menimpali. Padahal mereka belum membahas soal ini.

"Serius? Nggak apa-apa kalian berdua aja?"

"Iya, nggak apa-apa."

Sabrina memeluk Kasa sebentar. "Gue titip ya. Jangan sampe tuh si bangsat bikin omongan yang macem-macem tentang Gia dan nuntut kita," ucapnya. "Nanti kalo udah sampe di apart juga jangan lupa periksa bahu lo. Tadi kena bentur kan?"

"Aman."

"Hati-hati di jalan." Ravel menyambung. Mereka segera pergi ke ruang keamanan untuk mengecek cctv. Dari apa yang terekam, terlihat memang Hendrawan yang memulai keributan. Tapi cara Naka dan Ravel yang menyerangnya bisa saja dijadikan cowok itu senjata untuk menuntut dengan tuduhan penganiayaan. Makanya cctv itu tidak boleh sampai jatuh ke tangan Hendrawan.

"Nanti biar pengacara keluarga gue yang urus. Hendrawan cuma masalah kecil." Ravel mencoba menenangkan. Dia menyadari kalau beberapa kali, Kasa menyentuh bahunya yang terasa sakit. "Mau ke rumah sakit nggak buat ngecek?"

"Nggak usah. Bukan apa-apa juga."

"Yaudah tapi lo pulangnya sama gue. Gue yang anter," putus Ravel.

****

Adam bermaksud memasangkan seatbelt di tubuh Gia tapi niatnya itu dia urungkan saat menyadari jika Gia tidak hanya menangis. Tubuhnya turut bergetar.

Brengsek. Harusnya tadi Adam juga menghadiahi Hendrawan sebuah tonjokan.

Mengesampingkan rasa emosinya, Adam membawa Gia ke dalam pelukan. Tangis gadis itu semakin menjadi. Adam mengusap kepalanya dengan hati teriris. "Gia, ssttt, nggak apa-apa. Lo aman sama gue. Hendrawan nggak akan berani ganggu lo lagi. Gue bersumpah dia nggak akan pernah bisa nyentuh lo lagi."

"Tapi gara-gara gue, Kasa sama Bina jadi korban juga." Gia berbicara dengan susah payah dengan suara sesegukan yang terselip di setiap katanya. "Naka sama Ravel berantem sama Hendra. Gue baru kenal mereka tapi udah bikin mereka kena masalah."

"Mereka baik-baik aja. Percaya sama gue. Kalo Bina bisa ngeanjingin orang, berarti dia baik-baik aja. Kasa juga begitu. Ravel sama Naka nonjok Hendrawan karena Hendrawan memang pantes ditonjok. Mereka sama sekali nggak menganggap lo sebagai beban. Justru, mereka peduli sama lo." Adam berusaha memberinya afirmasi. Berharap dengan begitu, Gia bisa merasa jauh lebih baik. "Allright, nggak apa-apa kalau mau nangis dulu. Gue bakal tetep di sini. Nemenin lo. Dengerin lo."

****

Ravel datang ke Silver Crown bukannya tanpa sengaja. Dia melihat Instagram story Sabrina. Ada Kasa juga di sana. Jadi dia menyusul. Niat awalnya hanya ingin bertemu Kasa tapi dia justru mendapati gadis itu mendapat perlakuan kasar dari Hendrawan.

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang