Act 19

17.4K 1.4K 53
                                    

"Bang, Bang!!!" Bella menepuk-nepuk lengan Adam dengan heboh. Matanya yang tajam itu baru saja menangkap sebuah objek yang menarik untuk dijadikan bahan ghibahan. "Itu Si Hendrawan, kan? Pacarnya Giandra!"

"Suara lo kecilin dikit, ahelah." Pun begitu, Adam memelankan laju treadmillnya untuk menengok ke arah yang ditunjuk Bella. Gadis itu tidak berbohong. Betulan ada Hendrawan di sana. Cowok itu sedang bersama seorang gadis yang kalau Adam tidak salah ingat juga seorang selebgram.

"Tapi dia ngapain deh dia sama cabe-cabean modelan Siska?" Sebelah alis Bella terangkat sinis. Dia tidak menyukai Siska karena cewek itu suka menyenggol selebgram lain dengan opini jeleknya demi menaikkan engagement. "Apa jangan-jangan dia selingkuh ya?!"

"Hush, jangan sembarangan. Kalo orangnya nggak terima dikatain selingkuh bisa gawat. Lo mau kita dipaksa minta maaf sama bikin video klarif? Gue sih ogah."

Ini baru satu hari mereka nge-gym, sudah dapat gosip aneh-aneh dari kalangan seleb.

"Tapi masa iya bukan selingkuh kalo mereka aja semepet itu?" Bella menolak setuju dengan Adam. Di matanya, Hendrawan yang merangkul pinggang ramping Siska sambil ketawa-ketawa sok ganteng itu tidak ada bedanya dengan tindakan selingkuh. "Gue foto aja deh buat dokumentasi."

"Eh, jang—HADOH!!!" Adam meringis melihat Bella yang tersungkur mengenaskan di lantai. Akibat terlalu bersemangat, gadis itu sampai lupa mematikan treadmillnya dan berakhir kesandung tali sepatu sendiri.

"Jangan hadoh-hadoh doang! Tolongin kek, sakit tau huhuhu..."

"Lagian lo ngapain sih?" Adam belum sempat membantu ketika tau-tau seorang cowok datang untuk menolong Bella bangun. Tinggi cowok itu tidak beda jauh dari Adam tapi kulitnya putih dengan mata yang agak sipit. Dia mirip cowok-cowok Korea yang biasa diidolakan para ciwi.

Melihat Bella yang cuma melongo, Adam menghela napas. Temannya itu pasti lagi terpesona.

"Are you okay?" tanya cowok itu memastikan.

Bella terkesiap. Begitu mendapati kesadarannya kembali, kepala gadis itu mengangguk-ngangguk dengan mata memerah yang menahan sakit.

"Yang mana yang sakit?"

"Pergelangan kaki sama lutut gue." Bella nyaris terisak. Bukan karena dia cengeng tapi karena pergelangan kakinya memang sesakit itu. Lututnya juga merah. Sepertinya luka. "Bang Adam nih ngeliatin doang!" protesnya.

"Lah, lo kan udah dibantuin. Gue harus ngapain lagi? Mau gue gotong ke rumah sakit? Yaudah, ayok."

"Nggak usah."

"Dia abang lo?"

"Bukan. Temen doang," ringis Bella. "Makasih ya udah nolongin."

"Sebentar, kayaknya gue punya pain killer spray. Mau ikut gue ke loker? Soalnya ada di tas."

Bella mau langsung mengiyakan tapi rada gengsi. Nanti dikira dia kecentilan lagi. Ujung-ujungnya dia melirik Adam sebagai kode. Tanpa bilang apa-apa juga Adam langsung paham. "Boleh deh. Kasian tuh kakinya sakit," ucap cowok itu.

Adam langsung memapah Bella. Selagi menuggu cowok bernama Reska itu mengambil spray, mereka menunggu di kursi panjang yang disediakan di dekat koridor loker.

"Bang," Bella menyenggol lengan cowok di sebelahnya. "Lo sokab dong sama dia. Ajak tukeran kontak atau tanya-tanya kapan jadwal dia ngegym."

"Ogah."

"Tolongggg..."

"Ahelah, buat apa sih?"

"Pengen ketemu lagi hehe." Bella nyengir. "Ya?"

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang