Act 34

13.9K 1.1K 24
                                    

"Bina, lagi kosong ya?" Sabrina terlonjak saat Bang Tama menegurnya. "Ikut brainstorm anak Pictures aja. Gue tunggu di ruang meeting ya."

Belum juga Sabrina menjawab, Bang Tama sudah lebih dulu pergi. Gadis itu melongo, keningnya mengernyit. Dia masih berusaha mencerna titah dari atasannya sampai suara Kasa yang mengajaknya pergi bersama ke ruang meeting menyadarkannya.

"Gue baru aja napas." Dia menghela napas pelan. Mengambil notebook kecil dan pena untuk mencatat beberapa hal yang nanti sekiranya penting.

"Tentang apa sih?" bisiknya ke Kasa.

Sumpah ya, memangnya dia kelihatan semenganggur itu? Tadi itu dia rebahan di kursi karena baru selesai menyiapkan ide yang akan diusulkannya untuk campaign Sugar Rush selanjutnya. Otaknya masih berasap loh ini, sudah diajak membahas ide untuk brand lain. Lintas divisi pula!

"Iklan e-commerce. Toko biru." Mereka sama-sama memasuki ruang meeting dan duduk bersebelahan. Ada Naka juga beberapa rekan kerjanya yang lain. Pantas ramai, soalnya yang akan mereka handle adalah brand besar.

Bang Tama menjelaskan secara garis besar tentang tema dan goals yang ingin mereka capai. Masing-masing dari mereka yang mengikuti brainstorm mengajukan ide masing-masing. Dari apa yang Kasa bilang, mereka diberi waktu tiga hari untuk berpikir sebelum ide itu dibawa untuk didiskusikan. Jadi wajar saja kalau idenya bagus-bagus dan matang.

Sementara Sabrina? Ketika tiba gilirannya, dia tidak menyumbang banyak. Hanya menambahkan usulan untuk ide yang diajukan Celine.

"Udah? Itu aja? Yang lain pada bawa ide masing-masing loh. Lo cuma nambahin idenya Celine." Sabrina tidak tau apa tujuan Jihan bilang begitu tapi dia merasa Jihan seperti sengaja membuat omongan agar dia dikuliti oleh yang lain. "Kurang fokus karena kebanyakan pacaran nih pasti."

"Baru jadi. Lagi anget-angetnya." Ayu ikut-ikutan menimpali.

Waduh, kampret juga ya. Sabrina menipiskan bibir. Dia baru saja disindir secara terang-terangan. Di depan orang banyak pula. Naka menatap kearahnya. Cowok itu menggeleng seolah memberi sinyal agar dia tidak terpancing.

"Gue agak overwhelmed hari ini. Tadi abis ngerjain konten lanjut bikin ideation buat campaign-nya Sugar Rush—tim gue juga mau brainstorm besok. Selesai ngurus ideation buat Sugar Rush, gue diminta buat ikut brainstorm sama kalian—anak-anak Pictures." Sabrina sengaja menekankan tiga kata terakhir supaya yang lain sadar kalau apa yang dia kerjakan saat ini adalah pekerjaan lintas divisi yang seharusnya bukan menjadi tanggung
jawabnya.

Dan dia hanya diberi waktu lima menit untuk berpikir tolong catat itu!

Lima menit itu juga dipotong oleh acara bengongnya sebentar, jalan dari mejanya ke ruang meeting, lalu mendengarkan penjabaran singkat dari Bang Tama. Apa yang bisa diharapkan sih dari waktu sesingkat itu?

Masih bagus dia sempat kepikiran untuk memoles idenya Celine. Setidaknya otaknya yang dipaksa bekerja secara terus-terusan ini masih sanggup berpikir. Tidak diam di tempat.

"Lagian, idenya Celine bagus kok. Memang ada yang salah ya kalo gue nambahin ide dia?" Tatap matanya tertuju ke Jihan. Dia betulan sedang menahan emosinya agar tidak tercipta huru-hara yang tidak diperlukan.

"Ya, nggak apa-apa. Gue kan cuma nanya. Soalnya ini brand besar. Lebih bagus kalo setiap orang bisa nyumbang ide orisinil, bukan cuma nambah-nambahin doang." Jihan menjengitkan bahu tanpa rasa bersalah. Senyum di bibirnya membuat Sabrina kesal.

"Usulan Bina buat idenya Celine bagus kok. Cuma sejauh ini gue ngerasa idenya Kasa lebih cocok. Secara budgeting juga idenya Kasa bisa banget buat dieksekusi. Tinggal kita godok lagi aja biar lebih mateng." Bang Tama menengahi tanpa menyudutkan siapapun. Mungkin paham dengan kondisinya yang tiba-tiba diseret untuk ikut brainstorm. "Fokus kita kesitu dulu ya sekarang."

Agency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang