Jalan buntu mungkin memenjarakan, ilusi seakan bermuara meski terasa hampa tanpa harapan.
***
Bagaimana jika hati yang sudah kalian rasa dimiliki, tiba-tiba sangat jauh?
Dunia seakan terus berputar pada satu titik, hal yang tidak memiliki jawaban pasti. Ia ingin mengatakannya dengan jelas, namun ragu selalu menjadi poin penentang.
Mobil hitam melaju ke sebuah pekarangan rumah, berhenti ketika tepat di depan pintu masuk. Perempuan dengan gaya santainya berbalut hijab turun diikuti lelaki yang kemarin sudah membuatnya tertawa.
Melihat sekeliling tidak ada yang aneh, hanya saja Mafka merasa tenang mungkin efek segarnya tanaman yang mengelilingi rumah.
Ardan mengetuk pintu sedangkan Mafka terus memainkan tangannya gugup, keringat yang tiba-tiba jatuh menjadi tanda bahwa ia berharap perjuangannya mencari kini tidak sia-sia.
Ketukan yang ketiga memberi jawaban saat suara nyaring dibukanya pintu terdengar. Waktu seakan berhenti, seorang wanita separuh baya berdiri. Sosok yang dikenal Mafka, tak disangka adalah orang yang paling dekat hubungan dengan darahnya.
"Mafka Malihah Farha, Nak," ucap perempuan dengan balutan kemeja dan rok panjang selutut lalu menghambur memeluk Mafka yang sudah berlinang.
Misteri pertemuan dan perpisahan memang tidak pernah terduga alurnya, dunia punya rencana tapi sang Pencipta memiliki skenario terbaik untuk setiap makhluk-Nya.
Ibu yang telah melahirkan Mafka adalah orang yang menjadi ibu bosnya di toko bunga. Ternyata perayaan di tanggal ulang tahun setiap bulan itu milik perempuan berhijab yang tengah mencari keluarganya.
"Maafkan kami Nak, kamu harus tumbuh tanpa kasih sayang ayah dan ibu." Tangan lelaki separuh baya itu gemetar memegang bahu sang putri sambil menangis.
Air matanya berderai tidak bisa berkata-kata, sungguh ini adalah hari paling membuat tenang.
Pelukan pun kembali di antara keduanya diikuti sang ibu dan adik laki-laki yang ikut senang melihat kedua orang tuanya bertemu dengan anak pertama mereka.
Mafka hampir putus asa mencoba merelakan bahwa ia tidak akan bisa bertemu dengan keluarga kandung sampai akhirnya ibu angkatnya memberi tahu alamat ini.
"Kenapa gak kamu telepon saja kami, Nak. Biarkan kami yang menemui kamu." Hapsah begitu lengket dengan Mafka, mungkin tak ingin kehilangan lagi.
"Nggak papa, ini sudah kehendak Sang Pencipta. Mafka bersyukur bisa kembali bersama."
"Oh iya kak, ini suami kakak?" Adik laki-laki yang sudah memasuki sekolah menengah pertama itu menunjuk Ardan yang matanya berkaca-kaca.
Mafka refleks menoleh pada Ardan sang ibunda langsung berkata, "Oh ini, Nak Fazrin? Eh sebentar kok beda ya gambarannya dengan yang diceritakan Bunda angkat kamu Maf?"
"Ini Ardan, sahabat Mafka dari zaman sekolah Mah. Kalo Kak Fazrin dia-" kalimat penjelasan untuk menenangkan ibunda kandungnya justru dipatahkan.
"Mama tahu kok Nak, kalian belum berbaikan kah? Mama bicara seperti itu karena tahu kalo hubungan kalian sedang tidak baik."
"Kita paham kok, Sayang. Kita juga tidak ingin ikut campur terlalu jauh, ini masalah dua hati juga tanggung jawab kamu yang sudah berpindah tangan kepada suami kamu bukan kita lagi."
Senyum yang terpaksa tapi juga membuatnya lega, ia tidak harus menceritakan bagaimana bisa dirinya dan sang suami berjauhan.
Hari ini Mafka memilih untuk tinggal dengan keluarga kandungnya sebab rumah yang dulu ia tempati di kota ini bukan miliknya, ya itu milik Fazrin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harapku Hadirmu
Spiritual#3 fazrin 24/06/2020 #2 fazrin 13/08/2020 Mafka Malihah Farha, seorang perempuan yang selalu berharap pada lelaki yang tak pernah mengharapkannya. Ia lelah selalu memberi hati! Namun, suatu hari ia dipertemukan dengan lelaki yang diharapkannya! Buk...