Ada kata untuk mengembalikan rasa, namun ada penjelasan yang tidak dibutuhkan dalam hubungan.
Meski harusnya ada, itu tergantung. Ingin mendengar atau cukup tanpa penjelasan.
.
.
.
Happy Reading🌹Aroma yang menguar dalam lorong ini begitu kuat. Sebuah lantai putih dihiasi bangku panjang tempat menunggu kecemasan hilang, terjajar begitu sistematis.
Ada yang didorong tak mampu berpijak lagi pada bumi. Bahkan pikirannya mungkin sudah hampa karena menyusahkan orang lain.
Seseorang terbaring dengan penutup di atasnya, lewat begitu saja. Didorong oleh beberapa orang berseragam putih. Air mata kembali menetes tanpa henti, seorang laki-laki masih setia mengikuti arah kakinya yang lebar.
Tepat ketika ia melihat sosok yang begitu dikenalnya, mulut yang sedari tadi bisu itu akhirnya mengeluarkan suara.
"Kak, gimana keadaannya?" tanyanya dengan isakan yang masih dominan dalam suaranya.
Perempuan yang dipanggil itu langsung memegang bahu, membantu untuk duduk. "Kamu, tenang ya," ucapnya mengelus bahu itu.
Ia menggeleng, isakan semakin menggema. Ia tak lagi bisa menahan air bening ini. Suara tangis yang ia redam kini terealisasikan, kemudian perempuan itu memeluknya. Bukannya menenangkan, pelukan itu malah membuat jiwanya semakin bergetar.
Semua orang tau rasa sakit itu, meski tak merasakan. Tangisnya sudah menjadi bukti bahwa ketakutan itu adalah tentang kehilangan.
Namun tangisan bukanlah jawaban dari ini semua, perempuan berjilbab abu terus menenangkan. Hingga satu jam berlalu tangis itu mereda.
Ya, tangis fisik itu mungkin saja mereda, tapi tidak dengan hatinya.
"Udah, kita serahkan semuanya sama yang Maha Kuasa. Kita hanya bisa berdoa," ucapnya.
"Ka-lian udah jelasin permasalahan ini. Dan ini saatnya aku meluruskan. Me-luruskan a-pa yang ... sebenarnya dan sejelas-jelasnya." Ia berbicara dengan terbata, sebab tangisan satu jam yang lalu.
Lelaki bertubuh tegap, dengan wajah tampannya pun mendekat. "Saya minta maaf soal kejadian ini. Tapi, jujur saya gak pernah berhubungan ataupun menjadi selingkuhan Mafka. Saya ini hanya seorang sahabat yang menginginkan sahabatnya bahagia," jelasnya melirik ke arah perempuan bermata merah dan sembab.
Mata itu terus menatap mata sembab perempuan yang tak hentinya mengeluarkan air mata.
"Meski saya berharap lebih tentang hubungan ini, tapi saya sadar Mafka bukanlah orang yang mencintai saya. Dia hanya mencintai suaminya, Fazrin," tandasnya, namun kini tatapan terarah padanya. Tentu saja tentang pengakuannya.
Mafka hanya menunduk, ia sudah tahu tentang perasaan Ardan bahkan sejak mereka selalu bersama. Ya masa SMA.
Fabian pun bersuara, "bagaimana kalian bisa ada dalam foto itu, padahal itu jelas-jelas bukan rekayasa." Fabian mengkerutkan alis saat mengingat foto yang menyulut emosi sahabatnya, Fazrin.
Flashback on.
"Abis dari sini ke mana lagi?" tanya Ardan saat menemui pertigaan lampu merah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harapku Hadirmu
Espiritual#3 fazrin 24/06/2020 #2 fazrin 13/08/2020 Mafka Malihah Farha, seorang perempuan yang selalu berharap pada lelaki yang tak pernah mengharapkannya. Ia lelah selalu memberi hati! Namun, suatu hari ia dipertemukan dengan lelaki yang diharapkannya! Buk...