40 -📝 Runtuh

53 3 0
                                    

Akan ada runtuh dalam setiap kokoh, juga akan ada kata terbongkar dalam setiap rahasia.

.
.
.
Happy reading🌼

Bangunan tua telah berdiri dihadapan lelaki itu. Tanpa pikir panjang, langkah kakinya diperlebar. Rasa yang sudah dialihkan itu kini dipaksa untuk ditinggalkan.

Tangannya terulur menggerakkan daun pintu, namun benda berbentuk persegi panjang itu tidak terbuka.

Perempuan berhijab dusty pink perlahan membuka mata. Tangannya kebas tapi saat ia akan meregangkannya, sebuah tali ternyata melilit tubuhnya.

Ia terus mencoba melepas ikatan itu, wajahnya penuh dengan keringat. Rasa takut menyelimuti ketika ia teringat kejadian sebelumnya.

Air mata kini lolos begitu mudah.

"Ar, Ardan. Hiks ... Hiks ... Bangun!" Teriaknya mendapati sosok lelaki itu terbaring dengan tali yang melilitnya.

Dengan sisa tenaga Mafka mengesot ke arah Daffa. Daffa pun membuka mata, melihat gadis itu terikat dan sedang berusaha mendekat ke arahnya.

"Mafka, are you oke?" Mafka mengangguk dengan air mata yang terus membanjiri.

Daffa melirik ke arah belakang gadis itu, sebuah jendela. Ia pun kembali melihat Mafka. "Kita, pasti bisa keluar!"

Brak.

Pintu yang menghalangi jalan laki-laki itu, akhirnya jatuh terdobrak. "Rendi! Di mana lo!" Fazrin meneliti ruangan itu, dan matanya menangkap sesosok perempuan yang akan melompati jendela.

"Lo telat, kayaknya mereka berdua udah kabur. Gara-gara denger, lo mau ke sini." Raut laki-laki itu begitu senang dapat mengelabui musuhnya.

Fazrin berlari menuju tempat ia melihat sosok perempuan berhijab tengah melompati jendela.

Bersamaan dengan sampainya Fazrin, gadis itu telah menghilang dari jendela. Ia hanya bisa melihat punggung dua orang yang menorehkan luka baru di hatinya.
Tangannya mengepal begitu kuat.

Bugh.

Sebuah kayu menghantam leher belakangnya. Fazrin meringis, untung saja ia masih bisa menahan rasa sakitnya.

"Maksud lo, apa?" Tangannya memegang area yang terkena pukulan.

"Huh, lo masih nanya kenapa?" Rendi mendekat ke arah Fazrin yang merasakan sakit akibat pukulan benda tumpul dari anak buahnya.

"Akhh," ringisnya.

"Gue benci sama lo. Kenapa? Karena lo selalu jadi pusat perhatian, sedangkan gue? Gue selalu jadi penonton dan bandingan buat orang-orang yang fanatik sama lo!" Nada bicara Rendi melemah.

Senyum smirk menjadi senyuman yang paling Fazrin waspadai. "Keluarga lo bahagia. Sedangkan gue, hanya punya ayah yang bahkan menganggap gue itu gak berguna!" Amarah mulai menyelimuti wajah laki-laki itu.

Fazrin hanya diam, ia ingin mengetahui lebih jelas alasan di balik semua ini. "Tapi, gue bahagia, saat lo ternyata menikah dengan orang yang salah."

Fazrin yang semula diam pun tersulut emosi. Dia tidak suka mendengar perkataan itu, ia pun langsung menarik kerah laki-laki berambut gondrong itu.

"Hohh, kenapa?" Bukannya merasa terancam, laki-laki itu malah tertawa renyah.

"Lo, harus tau. Kalo di dunia ini jauh lebih indah, seandainya lo terima apa adanya diri, lo." Fazrin mengeratkan cengkeramannya.

Harapku HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang