Perih, jika terus membayangkan mereka yang semakin dekat.
Tiga orang tengah merutuki kecerobohan sahabatnya yang sangat aneh.
"Kamu liatin apa! Begitu asyik nya sampai tangan sendiri keiris?" tanya Ilyasa dengan nada kesal.
Mafka hanya diam, pikirannya entah ke mana. Pikirnya masih ada pada kejadian yang membuat semuanya perih.
Nadya duduk di trotoar jalan yang mulai sepi. "Kak Fazrin!" panggilan nama itu membuat Mafka mengalihkan pandangan.
Nadya pun kembali berbicara, "Kenapa? Kamu pikir dia bakal ke sini?" sarkasnya membuat perempuan itu menghela napas.
"Kalo kamu mau Kak Fazrin jemput bilang kali!" kalimat ini tak dihiraukan oleh kedua perempuan itu.
Nadya menarik napas sebentar. "Aku juga liat, mereka berdua Maf." Mafka yang sedang mengusapkan wajah itu berhenti seketika.
Menoleh. Tanpa kata, wajah itu semakin muram seakan ingin menumpahkan semua keluh kesah yang coba ia pendam.
Nadya menarik perempuan itu dalam pelukan setelah itu ia dapat merasakan sahabatnya itu menumpahkan air mata.
"Hiksss... Hiksss.. Aku gak tau harus apa Nad... Huhu.. Huuu..."
Melihat itu Ilyasa mengernyit heran. Melihat siapa sih?
"Kamu harus kuat, kamu harus bertahan Maf!" mencoba menguatkan hati sahabatnya.
Oke. Ilyasa kembali tak tahu masalah ini.
Mafka mengurai pelukan kemudian menggeleng. "Gak Nad, aku gak bisa. Untuk pertama kalinya aku bisa bersama orang yang aku cinta juga menjadi kali pertama untuk meniggalkan status ini." air mata terus mengalir.
"Maf, aku yakin Kak Fazrin itu sayang sama kamu." Mafka menyengir sedih.
"Dia kasihan." tandasnya.
"Dia cinta sama kamu Maf," ucap Nadya kembali menenangkan.
Ilyasa akhirnya bersuara, daripada ia semakin bingung. "Maksudya apa sih kalian?" kedua perempuan itu saling bertatap.
"Bukan urusan-" kalimatnya terjeda. "Nad, biarin Yasa tau semuanya." Nadya membulat ketika peryataan itu terlontar.
"Semuanya?" tanya Ilyasa semakin mengernyitkan dahi.
Mafka mengusap air matanya. "Sebenarnya, aku dan Kak Fazrin itu..." entah begitu sakit jika teringat bahwa Fazrin adalah suaminya. Bukan karena tak suka, tapi membayangkan kejadian tadi membuatnya teriris.
Meskipun dia adalah suaminya, tapi dia tidak pernah mencintainya. Itu seakan tak bisa dipisahkan dari kehidupannya yang seperti itu.
"Bentar, Kak Fazrin sama kamu kakak-adik kan?" tanyanya memperjelas.
Mafka sedikit menyungging senyum. "Suami." satu kata itu malah semakin membuat Ilyasa bingung.
"Suami? Maksudnya apa?"
Nadya diam, tak ingin berkomentar tentang suatu masalah yang sudah lama diketahuinya.
"Oke, aku ngerti. Wah aku gak percaya semua ini!" ucap Ilyasa masih tak percaya.
Mafka dan Nadya hanya diam, membiarkan Ilyasa mengetahui yang sebenarnya.
Ilyasa mengingat beberapa hal yang pernah terjadi di antara dirinya dengan seorang Fazrin. Pantas saja di setiap kesempatan Fazrin terlihat tidak suka padanya.
"Tapi kenapa, dia tadi sama Syafa?" tanyanya mengingat seorang perempuan yang terlihat senang.
Nadya melirik begitu pun Mafka. "Jadi kamu lihat juga?" tanya Nadya kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harapku Hadirmu
Spiritüel#3 fazrin 24/06/2020 #2 fazrin 13/08/2020 Mafka Malihah Farha, seorang perempuan yang selalu berharap pada lelaki yang tak pernah mengharapkannya. Ia lelah selalu memberi hati! Namun, suatu hari ia dipertemukan dengan lelaki yang diharapkannya! Buk...