28-📝 Salah paham (1)

26 3 0
                                    

Kau menganggapku, tapi mengabaikanku pula.

Mafka tak beralih, ia tahu akan seperti ini. Jawabannya memang tidak masuk akal.

"Kamu berbohong?" tanya Fazrin membuat perempuan itu menghadap pada dirinya.

Sekali lagi Fazrin mencoba bertanya.

"Dengar, aku adalah suami. Jadi bicaralah sejujurnya. Apa yang kamu lakukan selama dua hari ini?" tanya Fazrin dengan nada yang tak mengenakan bagi Mafka.

"Aku ...." Mafka bingung. "Aku ... be-." belum saja ia ingin berkata jujur suara ponsel milik suaminya bergetar.

Drrtttt... Drtttt... Drtttt...

Fazrin merogoh sakunya, kemudian melihat layar ponselnya. Sempat melihat ke arah Mafka, Fazrin memilih menghindar dan menerima panggilan itu.

Mafka mencebik sebal, Fazrin bilang adalah seorang suami tapi kenapa menerima panggilan pun harus menjauh?

Oh, apakah mereka telah bertemu?

Oh, itu berarti panggilan dari perempuan yang dicari sang suami. Karena biasanya ia tidak pernah menghindar jika menerima telepon.

Oh, sudahlah!

Mungkin ini pertanda jika keputusannya benar.

Mafka memilih naik dan pergi ke kamar mandi. Tak lama bagi Mafka untuk membersihkan diri terlebih cuaca malam yang begitu mendinginkan.

"Wuhhshs, sssttt... Jam berapa sekarang? Mengapa begitu dingin." Mafka bermonolog setelah mengganti pakaian menjadi piyama dengan kerudung yang senada.

Mafka menuruni tangga sambil menggesekkan tangan karena badanya begitu kedinginan. Segelas susu hangat mungkin akan membuatnya lebih baik.

Setelah berada di tempat tujuan, ia membuka rak dan mengambil sebuah gelas. Mengambil susu bubuk, lebih tepatnya susu kambing yang diberi oleh Riri--ibunya. Menurutnya susu kambing memiliki manfaat yang besar tidak kalah dengan susu sapi.

Air panas mengepul ketika dituangkan ke dalam gelas berisi bubuk susu itu. Tangannya terulur mengambil sendok kemudian mengucek susu kambingnya.

Kebulan asap dari gelas, dihirupnya dalam-dalam. Setelah duduk dan berdoa, Mafka meminum susu hangatnya. Benar saja, setelah setengah diteguk ia merasakan badanya lebih rileks.

Matanya melirik ke sekitar ruangan, terlebih dapurnya yang memang berdekatan dengan ruang makan dan ruang keluarga tempat di mana biasanya sang suami menonton televisi.

Tapi sepertinya memang tidak ada orang selain dirinya. Untuk memastikan itu, Ia menggeser tirai dan melihat mobil Fazrin tidak ada. Menggeser sedikit, melihat tirai yang menghubungkan luar rumah tapi mobil itu tidak terparkir juga.

Melihat jam dinding. "Larut malam begini, pergi ke mana?" khawatirnya.

Mafka memang berusaha untuk mencoba menghilangkan rasa itu, dengan tidak mencampuri urusan suaminya. Tapi bohong jika ia tidak khawatir dengan Fazrin yang pergi selarut ini.

"Lindungi suami hamba Ya Allah," batin Mafka meminta kepada Sang Pencipta, Sang pelindung.

Di lain tempat seorang laki-laki tengah duduk pada sebuah tempat yang selalu menjadi kebanggaan dirinya.

Harapku HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang