Bagaimana pun kau yang bertanggung jawab atas dirinya.
Fazrin menenteng beberapa plastik dan air mineral. Ia membuka pintu ruangan, tak lama setelah itu seorang suster keluar dari ruangan.
"Maaf sus, kenapa?" tanya Fazrin.
"Waktunya minum obat. Obatnya saya taruh di laci. Si tetehnya tidur, sebaiknya obatnya cepat di minum. Saya gak tega bangunin, permisi." kemudian menutup pintu.
Fazrin mendekat dan memegang dahi istrinya, betapa terkejutnya dia ketika hantaran panas dari dahi itu terasa begitu jelas.
"Panas banget, Maf bangun." lembutnya membangunkan tapi Mafka hanya mengigau.
"Maf, bangun." mencoba lagi dan kali ini Mafka membuka mata.
"Euuuu, Udah siang ya?" tanyanya merasakan suhu yang begitu panas.
"Duh, sekarang kamu makan ya?" menyiapkan bubur yang ia bawa di plastik.
"Duhh kak, gak napsu." Mafka menggeleng.
"Nggak, kamu harus makan!" titahnya kemudian memaksa Mafka bersender dengan lembut.
"Nih." menyodorkan sesuap bubur. Tapi Mafka menggeleng menghindar.
"Ayo Aaaa," bujuknya lagi tapi tetap saja masih tidak mau.
"Ayo dong, kalo gak makan nanti kamu gak bisa minum obat!"
"Ayo nih buka mulut, Aaa." Mafka pun nengerucut sebal karena dibujuk terus.
"Mafkaaaa..." lembutnya.
"Kak, jangan gitu dong.."
"Ya makannya buka mulut," ucapnya.
"Sedikit ya?"
"Makan aja dulu."
Mafka pun menerima suapan itu, dan ternyata tidak terlalu buruk sehingga ketika Fazrin kembali menyuapi, ia pun menerimanya.
Fazrin pun senang melihatnya.
Tapi setelah lima suap Mafka pun kembali tidak menerima suapannya. Tentu saja Fazrin menghela napas.
"Sedikit lagi." bujuknya lagi.
"Udah kak.. Please." wajahnya memelas membuat Fazrin berhenti menyuapinya.
"Ya udah minum obat nih."
Mafka pun mengambil obat itu dan meminum air yang dipegang suaminya. "Sekarang kamu boleh tidur." Fazrin pun membantu Mafka kembali tertidur dan menyelimutinya dengan selimut. Mafka melebarkan senyum melihat itu, kemudian dengan tarikan napas ia pun menutup mata.
Fazrin merasa bersalah dengan apa yang terjadi dengan Mafka, jika ia tidak memaksa untuk memakan masakannya mungkin ia masih baik-baik saja.
"Maaf ya.." tangannya terulur mengusap wajah yang baru pertama kali ia sentuh dengan tangannya.
Suhu tubuhnya masih sama, tapi mulai berkeringat sehingga Fazrin menurunkan selimut yang menutupi tubuh mungil itu.
Wajah yang sekarang tengah terlelap itu begitu nyaman untuk ia lihat. Seandainya ia lebih dulu mengenal Mafka dan tidak jatuh cinta pada Syafa, mungkin ia akan bahagia saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harapku Hadirmu
Spiritual#3 fazrin 24/06/2020 #2 fazrin 13/08/2020 Mafka Malihah Farha, seorang perempuan yang selalu berharap pada lelaki yang tak pernah mengharapkannya. Ia lelah selalu memberi hati! Namun, suatu hari ia dipertemukan dengan lelaki yang diharapkannya! Buk...