33-📝 Terpikir

49 4 0
                                    

Jika berjalan tanpanya aku sudah melewati, jika denganmu aku tak ingin itu terjadi.

-Mafka Malihah Farha-

Suara gaduh tengah dihadapi oleh beberapa orang yang berada di satu tempat. Banyak beberapa kamera yang mengawasi karena mengganggu fasilitas umum.

Pemiliknya baru datang, tetapi tidak melalui pintu depan. Ia dan perempuan yang berada dengannya melewati kerumunan dengan kain penutup.

"Oh, Bagaimana ini bos? Semua mengaku sebagai karyawan tapi saya sangat yakin, mereka bukan teman-teman kita," ucapnya.

"Kamu benar-benar yakin tidak mengenal mereka?" tanya Fazrin dengan nada benar-benar tidak tenang.

Rio yang merupakan pegawai kepercayaan Fazrin itu juga merasakan kekhawatiran yang sama.

"Yakin, sangat yakin. Bahkan jumlah pelayan dan beberapa pegawai di sini tidak banyak dibandingkan yang mengaku di luar sana." mencoba menjabarkan apa yang telah diselidikinya.

Fazrin menghembuskan napas, sepertinya ia tahu perilaku siapa itu!

Ia mengambil kursi dan menundukkan kepala. Rambutnya menjadi pelampiasan kekesalan yang saat ini belum bisa teratasi.

"Kak, sabar ya. Aku yakin semua akan baik-baik aja." Syafa mencoba menangkan tapi Fazrin merasa masih gelisah.

Prang... Brukkk... Duak...

Keluar Anda! Bayar gaji kami!

Jika tidak kami akan hancurkan cafe ini!

Ya!

Hancurkan!

Cepat!!

Fazrin terperanjat saat semua orang semakin brutal. Ini benar-benar di luar kendali.

Ia mulai memasuki area depan cafe. "Kak, sebaiknya jangan ke sana. Bahaya!" larang Syafa.

"Iya bos, sebaiknya jangan!" setuju Rio yang tidak ingin Fazrin ke area depan.

Tapi Fazrin tidak menggubris itu semua, ia berpikir jika dirinya tidak turun tangan semuanya akan semakin membrutal.

Terlihat beberapa personil polisi tengah membantu masa yang mendemo tempat usahanya.

Duar....! Duar!

Dua tembakan ke atas menjadi awal keterdiaman semua orang. Mereka tidak lagi berteriak. Hingga akhirnya suara dari anggota kepolisian membuat mereka perlahan mundur.

"Sudah bubar dulu! Jika ada permasalahan bisa langsung bicara dengan perwakilan saja! Tidak usah berdemo. Sekarang cepat bubar!" perlahan masa pun mulai pergi meninggalkan tempat yang sudah berantakan itu.

Fazrin pun terkejut ternyata ada yang menghubungi polisi, ia bersyukur.  Setidaknya masa dapat pergi lebih cepat.

Baru saja ia ingin menghampiri, sebuah kaca pecah akibat lemparan sebuah batu. Sialnya itu berada di samping Fazrin.

Pranggg...

Duak...

Batu itu menghantam pelipis Fazrin yang tak siap akan serangan mendadak itu.

"Anggota, kejar orang itu!" intruksi komandan polisi.

Fazrin memegang pelipisnya, darah segar ternyata bercucuran. Ia pun menggunakan lengannya untuk menghapus darah itu. Sakit belum begitu terasa.

Dan ia menghiraukan itu.

Lengan baju berwarna putih itu otomatis berubah warna seketika. Dua orang pun menghampiri dari arah depan bersama komandan polisi.

Harapku HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang