Tiga puluh lima
💉💉💉💉💉
"Gak laper?" tanya Farhan sambil menatap kedua sahabat nya satu persatu.
"Oh? oh—iya iya... laper kita," jawab Wendy dengan gelagapan. Lalu memasukkan makanan nya ke dalam mulut.
"Lo?" tanya Farhan kepada Rayhan karena laki-laki itu hanya menatap makanan nya saja tanpa berniat untuk menyantap.
"Gak laper gue."
"Kalian—
"... kenapa?"
Pertanyaan itu sukses membuat Rayhan yang semula duduk dengan bongkok menjadi tegap dan tegang. "Kita gapapa kok!" Sedangkan Wendy yang makan dengan perlahan menjadi tersedak.
"Iya, kita gapapa kok!" jawab Wendy setelah meminum air.
Hening.
Pasangan itu sibuk kembali.
"Kenapasi?"
Hari ini terasa sangat aneh. Biasanya setiap makan siang akan ada suara-suara berisik dari meja mereka, bukan Farhan yang berisik. Tapi pasangan yang ada di hadapan nya ini, meskipun Farhan tidak pernah bergabung dalam pembicaraan mereka tetap saja seperti ada yang kurang jika tidak berisik.
Masih hening.
"Canggung amat." Celetuk Farhan.
Ia tidak pernah suka situasi seperti ini.
"KITA TAKUTTT PARHANNNNN!!!"
"HUAAAAAAAAAAAAAA!!!" teriak Wendy pada akhir nya.
Namun, ia tetap tidak paham maksud dari Wendy. Farhan mengerutkan kedua alisnya bingung, kebiasaan Farhan ketika sedang bingung dan tidak menemukan jawaban.
Rayhan menghela nafas, "kita takut sama kejadian di kebun binatang kemarin."
"Why?" ayolah. Jangan membuat Farhan semakin bingung dan berfikir. Ia tidak suka melakukan itu.
"Kita takut lo marah karena ninggalin lo di danau," aku Wendy.
Ketika akhirnya berhasil menemukan keberadaan Wendy dan Rayhan, tiba-tiba saja pasangan itu lari terbirit-birit saat akan di hampiri Farhan.
"Oh."
"BUSETT!!! OH DOANG?!"
"Terus?"
"Lo gak gimana-gimana gitu?" tanya Wendy penuh selidik.
"Harus gimana?"
💉💉💉💉💉
Baru selesai membuat kue brownis pesanan Dokter Farhan dua belas hari yang lalu, baru beberapa hari mengajak para anak didik ke kebun binatang, hari ini ia mendapat info dari Gisel kalau pesanan brownis melonjak naik lagi.
"Mau remuk badan gue."
Tanpa di dampingi oleh Siska semuanya akan selesai tanpa ada masalah. Apalagi ia sangat mempercayai para pekerja di Toko Brownis nya. Menurutnya seorang bos yang baik adalah yang datang untuk mendukung para pekerja yang sudah bekerja keras.
"Dapet uang Sis."
"Kak Gisel?"
"Apa?"
"Si Dani itu anak udah sembuh ya?"
"Udah. kenapa? kangen sama adik gue ya lo?"
"Cihh!" yang ada Siska selalu dibully oleh adik Gisel yang satu itu. Semua saudara Gisel sangat menyebalkan, tapi yang paling menyebalkan adalah Dani.
Gisel hanya tertawa saja melihat respon yang diberikan Siska.
"Lo mau bantu anak-anak buat brownis lagi?"
"Iya." Ngapain juga Siska datang ke Toko Brownis nya jika tidak membantu.
"Jangan lama-lama!"
"Kenapa?"
"Aduhhhh, entar lo sakit lagi Siska Alunan kesayangan ku yang imut dan lucu."
"Yaudah, biar cepat selesai, lo juga bantuin gue gimana?"
"Iya deh iya! lo jangan lama-lama bantuinnya. Biar gue aja nanti." Anggap saja ini sebuah tebusan permintaan maaf Gisel yang tidak datang membantu Siska di kegiatan sekolah kemarin. Ia kira hanya akan bertemu orang yang membuat brownis nya saja, ternyata anak itu malah turun ke lapangan.
"Udah yu ke dapur? yang lain udah pada nungguin kayanya," ajak Siska kepada Gisel. Lalu mereka keluar dari ruangan Siska menuju dapur.
🌞🌞🌞
"Sis, lo isitrahat aja sana! muka udah pucet kaya mayat."
"Gue belum cape kok Kak Gisel, ini nanggung banget ni."
"Kan ada gue sama anak-anak."
Caca mengangguk setuju, "lo istirahat aja Sis, gapapa kok."
"Belum cape kok jangan khawatir ya."
Bukan tidak ingin khawatir, tapi kondisi Siska memang memprihatinkan. Tubuh penuh keringat, bibir pucat dan Siska lupa tidak sarapan.
"JANGAN KHAWATIR JANGAN KHAWATIR!! LIAT NOH DIRI LO DI CERMIN!"
"LOH?"
"LOHH??!!!!"
"SISKAAA!!!!!!!"
Siska jatuh pingsan.
🌞🌞🌞
"Ya ampun Siska... kamu masih aja ya."
Siska hanya terkekeh pelan. Kepalanya masih pusing dan infus nya terasa berdenyut ngilu dibarengi rasa sakit.
"Malah ketawa!"
"Kan udah waktunya Dokter Wendy..."
Wendy berhenti mengomel. Ah, iya. Setiap bulan Siska akan dilarikan dan dirawat di rumah sakit. Dan ini sudah waktunya ia masuk rumah sakit.
"Jangan cape-cape dong Siska..."
"Iya, Dokter Wendy yang cantik!!"
Wendy hanya mencebikkan bibir nya kesal. Susah memang menasihati orang yang keras kepala.
"Kamu istirahat dulu. Nanti aku kesini lagi untuk check lebih lanjut."
"Makasih Dok!!!" Sesungguhnya Siska sudah menahan kantuk sedari tadi. Saat ditinggalkan Wendy keluar, ia langsung terlelap dengan deru nafas yang teratur.
💉💉💉💉💉
"Wen."
"EH CANTIK CANTIK!!" latah Wendy.
"Aduhhh, lo ngagetin gue aja si Han!"
Namun Farhan tidak memperdulikan gerutuan Wendy. "Pasien?"
"Iya."
Farhan berjalan untuk melihat ke arah kaca yang terdapat di bagian atas pintu. Memang tidak cukup terlihat jelas tapi Farhan tahu siapa pasien yang ada didalam.
Ia beralih menghadap Wendy untuk mengatakan sesuatu. "Pasien itu biar gue yang rawat."
"Tapi—"
"Mau gue—"
"Iya deh iya! jangan pecat gue... oh ya, urus dengan baik ya, pasien gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran Sama... Dokter Cuek! (Selesai)
Teen Fiction(Gue ga pernah NGEPLAGIAT cerita orang karena menurut gue itu tindakan yang jahat, jika ada KESAMAAN dalam nama tokoh atau alur cerita itu murni KETIDAK SENGAJAAN.) Siska. Seorang Guru TK berwajah menggemaskan. Kesehariannya hanya bersama anak kecil...