Sembilan
Tok!
Tokk!
Tok!
"Adekkkk ayo bangun sayanggggggg," tidak mendengar sahutan dari putrinya, Dara lantas mengambil kunci cadangan kamar Siska di kotak penting lalu membuka pintu kamar.
"Ya ampun!"
Panik. Dara melihat kamar yang berantakan dan tubuh anaknya tertutup selimut tebal. "Kamu kenapa?!"
"Mamah..." terdengar suara serak dari bibir Siska.
Dara menempelkan tangan nya di dahi Siska dan ketahuan sudah kalau putrinya sedang tidak enak badan. "Ko bisa sakit? ngapain kamu semalam?"
"Hehe..."
"Hehe! hehe! ayo bangun kita ke rumah sakit sekarang," ia lantas keluar kamar dan pergi memanaskan mobil. Setelah itu ia kembali lagi untuk membopong tubuh Siska. "Aduhhh berat kamu mah!"
Siska lantas terlonjak, "apa?! kurus gini kok!"
Dara lantas memukul bokong Siska, "lagi sakit jangan buat Mamah jengkel!" heran sekali dengan putrinya itu. Di kondisi apapun selalu aktif dan membuatnya kesal.
"Udah ayoo, lama kamu mah!"
Siska berjalan kembali tapi lagi-lagi ia terlonjak kaget, "Mamah! aku harus ke sekolah! kan ngajar! aku lupa!" saat sudah berbalik dan akan melangkah Dara menarik baju bagian leher yang menyebabkan Siska berhenti melangkah. "Eitsss izin dulu! sekarang kita harus berobat."
Tidak mendengarkan sang Mamah, Siska terus berusaha kabur meskipun baju bagian belakangnya akan sobek, "gamau! ada acara penting tau!"
"Kan ada guru lain yang bisa wakilkan kamu!" Ibu dan anak itu tidak ada yang mau mengalah, Siska yang tetap memaksa ingin pergi mengajar padahal sedang sakit dan sang mamah yang tetap menarik baju tidur Siska melarangnya pergi dan harus segera ke rumah sakit.
"Duhhh gabisa diwakilkan! harus aku Mahhhh."
"Yaudah lain kali aja!"
"Mahhh please..."
"Siska Alunan."
Siska dengan segera berbalik badan lalu memberikan senyum cerianya walau bibinya sudah sangat pucat. Ingatkan? kalau sang mamah sudah memanggil namanya dengan lengkap itu berarti tidak boleh ada bantahan.
"Gausa senyum ah, kamu kaya bunga layu."
Seperkian detik senyumnya kembali memudar, ia merasa lelah sudah berdebat padahal sedang sakit. "Tuhkan lemas... ayo ke rumah sakit biar kamu gak layu."
"Naik apa?" mengingat sopir pribadi keluarga mereka sedang ikut papah nya keluar kota karena urusan pekerjaan. Kalaupun taxi jarang sekali ada yang lewat di pagi buta. Jangan-jangan...
"Mamah yang bawa."
Dengan gerakan gesit Siska kembali berbalik badan untuk kabur namun Dara tidak kalah gesit ia segera memeluk tubuh Siska. "Mau kemana lagi hayo?"
"Aku takut kalo Mamah yang bawa!" tentu saja itu karena terakhir kali mamah nya membawa mobil ia hampir menabrak orang dan untungnya menabrak pagar rumah tetangga mereka. Sejak saat itu Siska tidak mau naik mobil jika sang mamah yang bawa.
"Mamah udah belajar dengan giat kok! kamu percaya sama Mamah! jadi, ayo masuk mobil."
Selama perjalanan semuanya aman dan terkendali, mamah nya benar-benar belajar dengan giat. Tapi kenapa Siska tetap tidak boleh bawa mobil kalo kemana-mana?! padahal kan ia lebih jago.
Tidak terasa mereka sudah sampai di rumah sakit langganan Siska. Rumah Sakit Harapan Jaya, Siska yang sudah sangat lemas dan pusing dibantu oleh beberapa perawat memakai kursi roda dan Dokter Wendy untuk dilakukan penanganan.
Siska dibawa ke ruangan nya berada. Suhu tubuhnya sangat panas. Ah, Dara ingin memarahi putrinya itu jika sudah bangun dari tidur nanti.
🌞🌞🌞
Mobil sport mewah berwarna hitam metalik terparkir indah di halaman sekolah. Seseorang yang keluar dari mobil pun tidak kalah indahnya. Lelaki tampan dengan pakaian kemeja putih dan lengan digulung membuat kadar ketampanannya meningkat berkali-kali lipat.
Ia melangkahkan kaki masuk ke dalam sekolah dan bertemu dengan salah satu guru, "Pagi Pak Jaya, selamat datang di Taman Kanak-Kanak Bunda Dara."
Jaya tersenyum ramah dan menyapa kembali, "selamat pagi."
Ini pertama kalinya ia datang, sebelum itu orang kepercayaan lah yang selalu datang ke sekolah ini setiap sebulan sekali sebagai donatur tetap untuk mewakili sang ayah. Namun, setelah beberapa aset menjadi miliknya maka dirinyalah yang akan selalu datang. Ayahnya pun berharap agar Jaya selalu datang sendiri dan tidak diwakili lagi oleh orang lain seperti ayahnya dulu.
"Dimana pemilik sekolah ini?"
"Maaf sekali Pak... Ibu Alunan sedang sakit, jadi tidak bisa datang hari ini."
Jaya hanya mengangguk singkat, lalu melakukan hal yang biasa dilakukan para donatur lainnya.
💉💉💉💉💉
Siska terbangun dari tidurnya lalu dengan cepat ia duduk dan mencoba melepas selang infus. Dara yang baru kembali ke kamar lantas mencegah putrinya, "eh eh eh apaan ni Dek? kamu mau kemana?"
"Aduhh Mamah! aku harus ke sekolah!"
"Udah Mamah bilang ke Gisel kalau kamu sakit, emangnya kenapasi dari tadi dehh."
"Donatur tetap yang selalu diwakilin sama orang kepercayaannya, hari ini anaknya langsung yang dateng!!" jawab Siska.
"Anaknya Pak Jaya Fadly?"
"IYAA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran Sama... Dokter Cuek! (Selesai)
Novela Juvenil(Gue ga pernah NGEPLAGIAT cerita orang karena menurut gue itu tindakan yang jahat, jika ada KESAMAAN dalam nama tokoh atau alur cerita itu murni KETIDAK SENGAJAAN.) Siska. Seorang Guru TK berwajah menggemaskan. Kesehariannya hanya bersama anak kecil...